BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Umum.
Kebijakan reorganisasi TNI yang bercirikan efektif, efisien dan modern memberikan dampak yang cukup signifikan bagi peningkatan kualitas personel TNI maupun PNS.Dengan hal tersebut maka tiap-tiap personel harus dapat meningkatkan kualitasnya khususnya didalam pembinaaan latihan.
a. Profesionalisme keprajuritan dicapai melalui suatu upaya pembinaan latihan yang dilaksanakan secara terus menerus bertingkat dan berlanjut oleh para pimpinan di satuan manapun. Sistem pembinaan TNI AD dikenal latihan sesuai program dan latihan dalam satuan. Seorang pimpinan untuk mencapai suatu tingkatan profesional tidak hanya cukup membina diri melalui keterampilan, serta pengetahuan yang didapat dari hasil pendidikan atau latihan formal hanyalah merupakan pembekalan ilmu dan keterampilan yang disesuaikan dengan tingkatan golongan atau jabatan. Adalah merupakan tugas dan tanggung jawab Komandan Satuan untuk meningkatkan diri dan satuan secara terus menerus dan akan membentuk menjadi prajurit profesional yang mampu memimpin dan menangkan setiap pertempuran yang dihadapi.
b. Untuk membentuk Komandan Peleton yang profesional maka disamping latihan, pendidikan dan penugasan maka latihan dalam satuan perlu dikembangkan dan dibudayakan di satuan secara kreatif, modikatif dan moratif.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Memberi gambaran kepada Danyonif tentang langkah yang ditempuh untuk meningkatkan kemampuan Danton secara optimal, pembinaan latihan di satuan untuk menunjang tugas pokok.
b. Tujuan. Sebagai pedoman/masukan kepada Komandan Atas khususnya Danyonif dalam upaya meningkatkan kemampuan Danton dalam pembinaan latihan di satuan.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Penyusunan karmil ini dibatasi lingkup kemampuan Danton dalam pembinaan llatihan di satuan. Adapun tulisan ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. Kondisi Pembinaan Latihan Saat ini.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi.
d. Pembinaan yang Diharapkan.
e. Upaya Meningkatkan Pembinaan Latihan di Satuan.
f. Penutup.
4. Metoda dan Pendekatan. Karmil ini disusun dengan pendekatan yang didasarkan pada teori, pengalaman dan pengamatan di daerah basis maupun di daerah operasi.Khususnya pengalaman penulis menjabat sebagai Danton disatuan batalyon Infanteri.
BAB II
KONDISI PEMBINAAN LATIHAN SAAT INI
KONDISI PEMBINAAN LATIHAN SAAT INI
5. Umum. Sebagaimana yang diharpkan oleh para Pimpinan TNI, khususnya TNI AD bahwa apapun situasi dan kondisi dimanapun satuan berada harus menerima latihan-latihan kegiatan yang pada dasarnya untuk meningkatkan kesiapan dalam rangka melaksanakan tugas-tugas operasi, maka visualisasi latihan harus sudah lebih mengarah kepada keadaan yang sesungguhnya. Suatu pertempuran dikatakan berhasil dan keberhasilan seorang Komandan Peleton dalam memimpin anggota Peletonnya, baik disatuan manapun di daerah operasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan Komandan tersebut dalam melatih anggotanya. Pembinaan latihan disatuan dapat memberikan kepercayaan diri dan Komandan Peleton beserta anggotanya dapat berjalan sesuai dengan apa yang disepakati bersama, kendala-kendala di lapangan harus dipecahkan bersama-sama.
6. Kemampuan Danton dalam Binlat. Dalam mempersiapkan prajurit menghadapi tugas-tugas yang dibebankan, maka diharapkan prajurit selama dibasis mendapatkan suatu pembinaan mental latihan yang baik hal ini tidak terlepas dari peran Komandan Peleton dalam menerapkan kepemimpinan dan selaku pembina latihan di Peleton.
a. Memberikan kemampuan teknis dan taktis yang lebih prakmatis dibandingkan apa yang didapat dari pendidikan.
b. Latihan harus lebih keras dalam arti penggunaan fisik dan dampak psyikologis untuk menambah keyakinan.
c. Perlu dipegang secara prinsip bahwa latihan adalah pengganti pertempuran yang sebenarnya.
d. Memberikan kemampuan teknis, taktis dan administrasi yang lebih praktis dan pragmatis dibanding apa yang didapat dari pendidikan.
e. Latihan harus keras dalam arti pembunaan fisik, adanya tekanan serta ancaman sehingga memberikan keberanian dan kemampuan dalam pengambilan keputusan.
Kemampuan Danton dalam penerapan pembinaan latihan dalam kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya dalam pelaksanaan tugas pokok. Seorang Komandan Peleton harus mampu menguasai pembinaan latihan sebagai upaya meningkatkan kemampuan anggotanya.
7. Penguasaan Binlat. Seorang Komandan Peleton harus menguasai Binlat sebagai dasar dalam melatih anggotanya. Adapun hal-hal yang berpengaruh terhadap Binlat dan harus menjadi acuan bagi Danton dalam menerapkan pembinaan latihan adalah:
a. Disiplin. Pembinaan disiplin prajurit sangat diperlukan dimana hal ini sangat tergantung kepada penerapan disiplin oleh Danton didalam pelaksanaan tugas maupun di basis.
b. Moril. Pembinaan moril prajurit sangat berpengaruh terhadap tugas pokok. Seorang Komandan Peleton harus mampu meningkatkan moril anggotanya.
c. Jiwa Korsa. Penerapan kepemimpinan lapangan yang dilakukan oleh Komandan agar tercipta kebersamaan, kekompakan dan rasa jiwa korsa yang kuat antar prajurit di satuan, sehingga akan menunjang kesiapan pelaksanaan tugas.
d. Motivasi. Dengan dorongan ini bisa dilakukan selama berada di basis maupun didaerah operasi, maka motivasi pribadi pimpinan merupakan sikap mental seorang pemimpin disegala tempat.
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
8. Umum.
a. Watak tingkah laku seorang pemimpin yang merupakan pembawaan sejak lahir akan berpengaruh terhadap kepemimpinan lapangan saat dirinya mernjadi seorang pemimpin.
b. Rasa kebanggaan terhadap satuan faktor usia sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas seorang pemimpin yang tentunya memiliki kebanggaan terhadap satuan dimana dia berada. Karena mustahil suatu tugas akan dilaksanakan dengan baik apabila tidak memiliki rasa kebanggaan terhadap satuan.
c. Usia seorang pemimpin sangat terpengaruh dalam penerapan kepemimpinan para Komandan terhadap para prajuritnya dimanapun dalam Satuan Infanteri.
9. Eksternal.
a. Peluang.
1) Pendidikan. Dengan diselenggarakannya pendidikan Komandan Peleton atau kursus Komandan Peleton di Pusdikif Kodiklatad, setiap tahun memberikan peluang bagi perwira-perwira yang akan diarahkan ke jabatan sebagai Komandan Peleton diharapkan dengan dididiknya perwira-perwira tersebut di Sus Danton akan dapat memberikan bekal yang cukup sebelum menjabat sebagai Komandan Peleton.
2) Pembinaan Satuan yang dialksanakan secara terus menerus di satuan akan secara tidak langsung memberikan pelajaran-pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga dalam membentuk suatu kepemimpinan yang dimiliki. Oleh seorang Komandan Peleton, dalam pembinaan satuan ini secara otomatis sasaran yang digunakan adalah suatu kondisi yang diharapkan dalam rangka menunjang pelaksanaan TUPOK.
b. Kendala.
1) Kegiatan protokoler cenderung mengganggu suatu perencanaan latihan yang telah dibuat sehingga secara otomatis pelaksanaan latihan akan terhambat. Kegiatan protokoler hari ini adalah kegiatan yang resmi yang harus dilaksanakan, sehingga mau tidak mau kegiatan latihan harus dikorbankan.
2) Pengaruh lingkungan terkadang kurang bersahabat. Seperti pada saat latihan/perencanaan latihan tiba-tiba terjadi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa atau adanya situasi lingkungan disekitar kita yang tiba-tiba berubah yang memerlukan keterlibatan personel satuan untuk membantu. Hal seperti ini tentunya dapat mengganggu perencanaan/pelaksanaan latihan.
3) Sarana prasarana latihan yang kurang memadai seperti dukungan aloptik dari satuan atas, kurangnya bujuk tentang penyelenggaraan latihan di satuan.
10. Internal.
a. Kemampuan
1) Kemampuan seorang Komandan Peleton dalam kepemimpinan dan kemampuan dalam penyelenggaraan latihan di satuan belum maksimal, karena kurangnya pengetahuan yang harus dimiliki sehingga dalam pembinaan latihan di Peleton kurang mencapai hasil yang diharapkan. Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan adanya pendidikan/latihan dan pengalaman dalam pelaksanaan tugas.
2) Kepemimpinan Danton sebagian sudah maksimal. Terbukti dalam pelaksanaan tugas di lapangan mereka dapat mengendalikan, dan mengawasi serta memberikan suri tauladan yang baik kepada anggotanya. Sesuai dengan 11 azas kepemimpinan, tetapi masih ada juga Danton yang gagal dalam menerapkan kepemimpinan sehingga dicemooh bahkan ada yang dilawan anggotanya sendiri.
3) Kejuangan pada era reformasi dengan perubahan lingkungan. Mental dan kejuangan prajurit terkhusus Danton harus menjadi suatu perhatian khusus. Karena seorang Komandan dapat melaksanakan tugas dengan berhasil apabila memiliki mental kejuangan yang baik.
4) Disiplin merupakan napas prajurit, karena tanpa disiplin mustahil tugas-tugas akan dapat dilaksanakan dan disiplin perlu dibudayakan sehingga pelanggaran dapat ditekan sekecil mungkin.
b. Kelemahan.
1) Mental. Sebagian Danton belum siap dari segi mental dikarenakan latar belakang kehidupan yang berada, sehingga dalam memimpin cenderung untuk ikut arus, ikut kemauan anggotanya yang kurang baik, dari segi mental Danton merupakan hal yang mutlak, karena tanpa mental yang baik mustahil Danton dapat berhasil dalam pelaksanaan tugas.
2) Kemampuan jasmani. Seorang Danton harus memiliki kesemaptaan yang baik tapi kenyataannya banyak Danton fisiknya belum standar sehingga pelaksanaan tugas kurang behasil.
3) Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Sangat penting artinya bagi penambahan wawasan serta sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Dikarenakan kegiatan latihan secara terus menerus terhadang para Komandan Peleton apatis terhadap adanya perkembangan Iptek di lingkungannya sehingga mereka cenderung kuper dan akhirnya masa bodoh.
BAB IV
PEMBINAAN YANG DIHARAPKAN
PEMBINAAN YANG DIHARAPKAN
11. Umum. Kepemimpinan merupakan seni dari seorang Komandan untuk melakukan perannya dalam suatu tugas dan tanggung jawab melaksanakan pembinaan terhadap satuan yang dipimpinnya. Kepemimpinan Danton dapat dilihat dari penerapan pembinaan satuan terhusus dalam pembinaan latihan di satuannya.
Sebagaimana yang diharapkan oleh pimpinan TNI, khususnya TNI apapun situasi dan kondisi dimanapun satuan berada, harus menerima latihan-latihan dan kegiatan yang pada dasarnya meningkatkan kualitas kemampuan prajurit dan kesiapan dalam melaksanakan tugas-tugas operasi maka visualisasinya latihan harus sudah sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
12. Peningkatan Kemampuan Danton. Kemampuan seorang Komandan Peleton harus selalu diasah sehingga semakin lama kan didapatkan seorang Komandan Peleton yang baik. Sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kemampuan Danton adalah:
a. Memberikan kesempatan untuk mengikuti kursus Komandan Peleton bagi Danton yang belum kursus Danton.
b. Dalam penerapan program latihan di satuan Danyon memberikan tanggung jawab kewenangan sesuai kewenangan penyelenggaraan latihan.
c. Ilmu pengetahuan. Perlu adanya Komandan Peleton untuk meningaktkan kemampuannya dibidang ilmu pengetahuan umum maupun pengetahuan kemiliteran baik dari dinas maupun diluar dinas dalam rangka memperluas wawasan yang intinya akan semakin penting seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Moril dan Motivasi. Menimbulkan rangsangan kepada diri seorang danton untuk melakukan pekerjaan, pemberian motivasi sedemikian rupa. Agar mau mereka bersikap dan berbuat secara ikhlas demi tercapainya sasaran dari pelaksanaan tugas dari motivasi yang dimiliki Danton kita bisa melihat moril yang ada hakekatnya adalah semangat, sikap mental komandan peleton dalam melaksanakan tugas. Untuk meningkatkan moril dan motivasi Danton ini dapat melalui pemberian pengertian tentang pentingnya tugas yang dilaksanakan, pemberian penghargaan terhadap pelaksanaan tugas yang baik dan pemberian hukuman bagi yang bertindak tidak sesuai.
e. Pengetahuan tentang Binlat. Perlunya seorang Danton menguasai pengetahuan Binlat ini karena sangat menunjang Danton dalam menyelenggarakan suatu latihan di Peletonnya sehingga latihan yang dilaksanakan mencapai hasil yang diinginkan.
13. Penguasaan Bidang Binlat. Untuk menjadi Danton yang profesional dalam tugas dan jabatannya tidak bisa tumbuh begitu saja tetapi harus melalui proses latihan dan pendidikan, oleh karena itu seorang Danton harus menguasai taktik dan tehnik militer.
Aplikasi taktik dan tehnik militer dasar maupun kemampuan bertempur perorangan dan satuan.
a. Kemampuan untuk melakukan konsistensi latihan.
b. Tingkat latihan yang harus mutlak dilaksanakan.
c. Penyelenggaraan latihan.
d. Penyusunan naskah latihan dan pelaporan hasil latihan.
e. Mengetahui dan memahami prosedur administrasi tingkat Peleton.
f. Produk-produk latihan.
Dalam pelaksanaan tugasnya Komandan Peleton bertanggung jawab dalam menyelenggarakan latihan bagi Peletonnya adalah:
a. Bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan siswa unsur yang berada dibawah Komandannya dengan cara selalu melatih anggotanya agar dalam pertempuran mempunyai keunggulan kemampuan.
b. Di dalam Administrasi pembinaan latihan, Danton mempunyai tugas:
1) Membuat jadwal mingguan Peleton.
2) Membuat rencana lapangan peleton.
3) Membuat laporan latihan peleton.
c. Dibidang penyelenggaraan latihan di lapangan:
1) Mengendalikan/mengawasi pelaksanaan latihan.
a) Perorangan:
1) Seluruh anggota peleton.
2) Komandan peleton atau Bintara peleton.
b) Satuan.
(1) Drill sampai tingkat peleton.
(2) Drill taktis peleton.
(3) Melaksanakan UST tingkat Regu.
(4) Melaksanakan UST tingkat peleton.
2) Menyelenggarakan Administrasi Peleton.
a) Mengecek Renlap yang dibuat Danton.
b) Mengawasi pelaksanaan penjabaran jadwal mingguan Peleton.
3) Sarana dan prasarana latihan. Komandan Peleton hendaknya berkonsentrasi kepada pencapaian sasaran latihan dengan berpedoman kepada:
a) Sesuai kemampuan.
b) Sedekat mungkin dengan pangkalan.
c) Mengadakan improvisasi yang praktis di lapangan.
d) Realisme latihan sesuai dengan suasana tempur sebernarnya.
BAB V
UPAYA MENINGKATKAN PEMBINAAN LATIHAN DI SATUAN
UPAYA MENINGKATKAN PEMBINAAN LATIHAN DI SATUAN
14. Umum. Rendahnya tingkat profesionalisme prajurit khususnya Batalyon Infanteri bukan saja ambil dari terbatasnya anggaran dan fasilitas yang tersedia di satuan peran Komandan satuan sangat berpengaruh dalam membentuk kemampuan prajurit yang handal dimana dapat dicapai melalui metode pembinaan diharapkan seluruh pimpinan harus mampu berperan sebagai pembina latihan khususnya Komandan Peleton harus mampu untuk mengadakan pengawasan didalam pembinaan pembinaan latihan sehingga sesuai dengan program latihan yang ada di satuan.
15. Tujuan. Meningkatkan peran Danton dan pengawasan Binlat agar pembinaan latihan yang ada di satuan dapat berjalan sebagaimana mestinya sehingga latihan yang diselenggarakan oleh satuan tujuan dapat tercapai pengarahan Danton ada 2 macam bentuk:
a. Pengawasan langsung. Danton kegiatan kelapangan guna menilai dan mengevaluasi langsung latihan yang diselenggarakan oleh sasaran bila ada kekurangan Danki memberi arahan kepada pedidikan latihan tersebut.
b. Pengawasan tidak langsung. Latihan dilaksanakan tanpa pengawasan langgung oleh Danton dengan mendelegasikan kepada pencatat yang ada di satuannya sesuai dengan latihannya.
16. Sasaran. Yang ingin di dapat dalam Optimalisasi Peran Danton yaitu agar kualitas dan kuantitas Komandan peleton yang ada di satuan meningkat dan Peran Danton secara langsung bertanggung jawab terhadap hasil koreksi cheklis yang diselenggarakan satuan khususnya diambil dibawah ke Peleton kebawah.
17. Subyek. Komandan Batalyon Infanteri merupakan pemantau didalam dan meningkatkan kemampuan peran Danton didalam penyelenggraan dan danyon ke atasa menciptakan suasana keadaan dalam pelaksanan pembinaan latihan.
18. Obyek. Komandan Peleton dimana diharapkan peran Komandan Peleton didalam pengawasan khususnya dalam pembinaan latihan lebih ditingkatkan agar tercapai keberhasilan.
19. Metode yang digunakan didalam meningkatkan peran Danton dalam pengawasan Binlat dengan motivasi pendidikan latihan melalui pendidikan dengan diadakan kursus-kursus dan peraturan baik di Lemdik maupun satuan itu sendiri sedangkan latihan sesuai dengan program yang ada di satuan.
20. Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam mengoptimalkan peran Danki dalam pengawasan Binlat dengan menggunakan sarana yang ada di satuan yang peranti lunak maupun peranti kerasnya.Penggunaan sarana dan prasarana latihan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada saat pelaksanaan latihan.
21. Upaya meningkatkan peran Komandan Peleton dalam pengawasan latihan guna mewujudkan keberhasilan latihan. Dalam rangka memperbaiki sistem pembinaan latihan Batalyon Infanteri sehingga mampu dihadapakan kepada tantangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya,maka perlu dipahami terlebih dahulu permasalahan pembinaan latihan yang ada pada saat ini yang meliputi bidang personel,manajemen latihan dan permasalahan hukum Humaniter dan Ham.
a. Ditinjau dari segi personel.
1) Kekurangan Personal dalam suatu organisasi Batallyon Infanteri adalah merupakan suatu kendala dalam pelaklsanaan kegiatan latihan. Oleh karena itu jarang dijumpai adanya satuan satuan yang kurang dari kekuatan minimal, dalam arti tidak dapat memenuhi jumlah TOP satuan yang diprasaratkan.
2) Pelatihan Satuan. Kualitas kemampuan seorang pelatih sangat tergantung pada jiwa dan sifat individu yang bersumber pada kemauan/usaha, dan kegiatan orang itu sendiri dalam mengembangkan bekal dasar yang dimilikinya.
3) Motivasi Latihan. Latihan adalah merupakan sarana guna pembinaan satuan, dengan demikian di dalam pembinaan latihan harus dapat dikembangkan pemupukan jiwa korsa satuan. Dengan kunjungan, pejabat yang menangani kegiatan latihan, dapat menjamin terselenggaranya latihan secara realistis. Hal ini dapat dicapai melalui pemupukan jiwa kompetisi, semangat yang ditampilkan melalui kegairahan latihan.
b. Ditinjau dari segi manajemen latihan. Manajemen latihan merupakan suatu kegitan dalam penyelenggaraan latihan yang dimulai dari perencanaan, penyiapan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan dan pengendalian latihan tidaklah mudah untuk dilaksanakan, oleh karena itu perlu penanganan yang serius didalam melakukan kegiatan tersebut. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di Batalyon Infanteri selama ini, bahwa latihan di dalam penyelenggaraan tidak dilaksanakan sesuai dengan urut-uruutan yang harus dilakukan. Kondisi ini adalah akibat dari perencanaan program latihan yang kurang terencana dengan baik, serta menumpuknya berbagai macam kegiatan diluar program yang muncul secara tiba-tiba. Sehingga kadang-kadang justru dapat mengorbankan pelaksanaan latihan program.
c. Ditinjau dari segi Hukum Humaniter dan HAM. Pada akhir-akhiir ini HAM menjadi isu yang sangat penting dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam rangka pelaksanaan tugas pokok Yonif, terutama dalam mengatasi berbagai gejolak politik seperti pemberontakan, gerakan separatis. Dalam menangani gejolak tersebut, para prajurit masih sering ragu-ragu dalam bertindak sehilngga telah menimbulkan terjadinya pelanggaran HAM dan diproses secara hukum untuk diminta pertanggung jawaban atas pelanggaran yang dilakukannya.
22. Restrukturisasi, Pendidikan dan Latihan. Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan latihan yang dilaksanakan dalam rangka menyiapkan personil Yonif dalam menghadapi tugas adalah dengan melalui metode restrukturisasi, pendidikan dan latihan pengadaan fasilitas, penugasan, dan kesejakhteraan serta dengan mengintegrasikan antara materi latihan dengan hukum Hlumaniter dan HAM.
a. Restrukturisasi. Dengan kondisi Batalyon Infantereri dimana ada diantaranya mengalami kekurangan personel sehingga kondisi tersebut dibawah standar TOP, maka guna memperlancar pelaksanaan pemibinaan latiahan tersebut perlu dibentuk menjadi satuan organik agar dapat melaksanakan latihan sesuai dengan proglatsi dan secara bertahap, bertingkat serta berlanjut. Pelaksanaannya dengan merestrukturisasi satuan tersebut menjadi kompi utuh dan kelrangka sesuai dengan skala prioritas, yaitu terlebih dahulu membentuk satuan manuve, bantuan dan baru kemedian satuan pelayanan. Dengan restrukturisasi ini diharapkan terbentuk kekuatan yang utuh dan siap operasional guna dihadapkan kepada setiap bentuk kontijensi di wilayahnya.
b. Pendidikan dan Latihan. Guna mendapatkan kualitas Perwira dan Bintara pelatih yang handal dihadapkan pada pembinaan latihan di satuan, maka diperlukan upaya Komandan Satuan untuk mendidik dan melatih unsur terkait guna dipersiapkan sebagai pelatih agar mengetahui dan mampu membina latihan di satuan dengan baik.
c. Latihan. Salah satu sarana untuk memberikan pengalaman terhadap para personel satuan Yonif adalah dengan memberikan kesempatan berlatih kepada yang bersangkutan. Dengan kegiatan ini diharapkan personel tersebut memiliki pengalaman yang lebih dibanding dengan yang dilatih baik dalam hal perencanaan maupun penyelenggaraan latihan. Adapun sasaran yang harus dicapai dalam latihan dalam satuan ini adalah sebagai berikut :
1) Terwujudnya spesialisasi tentang tingkat kecakapan sesuai dengan fungsi dan jabatannya.
2) Terpeliharanya kemampuan taktik dan teknik kemiliteran.
3) Bertambahnya pengalaman para perwira dan Bintara sehingga menambah keyakianan diri dalam penampilan di satuannya.
4) Memahami dan mampu melaksanakan operasi teritorial.
5) Bagi Perwira dan Bintara mampu menyiapkan kegiatan latihan baik latihan teknis maupun taktis.
6) Kemampuan dan ketangkasan jasmani.
Dengan sasaran tersebut di atas, agar dapat tercapai maka metode yang digunakan dalam pendidikan dan laihan antara lain :
a) Teori
b) Diskusi
c) Aplikasi
d) Demonstrasi/peragaan
23. Pembinaan. Komandan msatuan merupakan unsur komando yang bertangggung jawab atas semua pembinaan satuan dan dibantu oleh unsur staf serta komando bawahan dalam rangka menyiapkan satuan untuk melaksanakan tugas sasaran pembinaan satu personel, materiil sarana dan lingkungan yang menjadi tanggung jawab komando.
a. Pembinaan Personel. Komanmdan satuan melaksanakan segala usaha pekerjaan, kegiatan dan tindakan untuk membina personel satuannnya agar dapat melaksanakan tugasnya secara baik. Diantara personel tersebut terdapat Bintara yang berfungsi sebagai penghubung/pembantu pimpinan dalam kegiatan satuan, pembinaan personel bagi Bintara dapat dilaksanakan dengan cara :
1) Penempatan jabatan. Tempatkan personel sesuai dengan bakat dan pendidikan yang telah dimiliki.
2) Mendidik dan melatih, Meningkatkan dan memelihara ilmu pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan latihan yang yang diprogramkan dengan inisiatif satuan. Dengan demikian ilmu dasar yang telah didapat di lembaga pendididkan dapat dikembangkan lebih lanjut.
3) Berikan tanggung jawab sesuai dengan posisinya.
4) Berikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya bagi yang berprestasi baik.
5) Adakan kompetisi yang sehat untuk memberikan semangat.
b. Pembinaan Materiil. Memberi kesempatan kepada para Bintara dalam kegiatan pemeliharaan materiil sesuai dengan tanggung jawabnya, agar mereka dapat ikut membina materiil satuan secara baik.
c. Pembinaan Sarana/Fasilitas. Komandan dibantu oleh para staf/dan bawahan agar dapat menilai mana fasilitas yang berfungsi untuk mendukung kegiatan latihan pada peningkatankemampuan satuan untuk melaksanakan tugas.
d. Pembinaan lingkungan.
1) Kepemimpinan, keberhasilan seorang Komandan dalam melaksanakan tugasnya adalah hasil dari kepemimpinan yang baik dan tepat.
2) Jiwa Kejuangan. Komandan satuan menanamkan jiwa kejuangan dengan memberikan santi aji, seperti perjuangan TNI hdan lain-lain.
3) Tradisi Corps. Dengan adanya tradisi Corps dapat terlihat rasa kebersamaan dan kebanggaan.
4) Dialokasi. Pengaruh lingkungan dimana satuan berada besar pengaruhnya. Komandan perlu memberikan tindakan pencegahan bila lingkungan tidak mendukung tugas satuan.
e. Menumbuhkan motivasi para unsur pimpinan di Kesatuan. Upaya menumbuhkan motivasi pada unsur pimpinan di satuan dapat ditampuh melalui upaya antara lain meningkatkan kesejahteraan para unsur pimpinan melalui pemberian cuti berkala dan kenaikan pan,gkat yang tepat waktu, mem,berikan penghargaan dan solusidengan cara yang tepat waktu, memberikan penghargaan dan solusi dengan cara yang tepat dan terarah, memberikan keleluasaan kepada unsur pimpinan untuk mengembangkan kreativitas dalam memimpin serta kesempatan mengikuti jenjang karier pendidikan dan proposi jabatan.
24. Penugasan. Untuk memberikan pengalaman kepada para Perwira dan Bintara agar memiliki kemampuan pembinaan latihan yang baik maka kepada mereka senantiasa diberikan penugasn untuk merencanakan, mengorganisir, menyelenggarakan latihan sesuai dengan porsinya. Dengan demikian kemampuan yang bersangkutan akan semakin bertambah. Secara aplikatif dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
a. Pemberian penugasan bagi para Perwira dan Bintara untuk membuat rencana latihan/rencana lapangan yang bersifat latihan teknis.
b. Pemberian penugasan bagi para Perwira dan Bintara untuk mengoganisir medan latihan.
c. Latihan Kaderlit dalam latihan teknis
d. On the Job Training
25. Integrasi antara latihan dengan hukum Humaniter dan HAM. Sampai saat ini para Perwira masih belum mempunyai jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara Yuridis, dan para komandan yang pernah mengalami tindakan dua tingkat keatas dalam hati nuraninya pasti kurang menerima tindakan tersebut karena harus dihukum secara administrasi untuk sesuatu pelanggaran yang tidak jelas. Perhukuman yang mencerminkan rasa keadilan prajurit tidak akan menjadi kontra produktif dan akan sejalan dengan tujuan pembinaan. Kondisi tersebut akan terwujud apabila hukuman yang dijatuhkan sesuai denagn ketentuan hukum yang dilanggar dan berat ringan hukuman ditentukan berdasarkan pengaruh pelanggaran terhadap organisasi atau kedinasan dengan mempertimbangkan kodisi keadaan yang meliputi pelanggaran tersebut. Di lapangan sering terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit. Diantaranya yang sering terjadi adalah kesalahan prosedur. Hal ini menunjukkan bahwa masalah hukum Humaniter dan HAM belum dapat dipahami dan tersosialisasi di lingkungan prajurit Batalyon Infanteri. Untuk menghindari hal tersebut pimpinan perlu melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a. Penyuluhan tentang pengetahuan hukum Humaniter dan HAM kepada seluruh prajurit Batalyon Infanteri.
b. Mengintegrasikan antara kegiatan latihan khususnya materi taktik dengan hukum Humaniter dan HAM.
c. Memasukkan materi hukum Humaniter dan HAM ke dalam program latihan satuan.
d. Membuat protap satuan tentang pelaksanaan operasi yang berkaitan dengan masalah hukum Humaniter dan HAM.
BAB VII
PENUTUP
PENUTUP
26. Kesimpulan.
a. Menjadi Komandan Peleton yang profesional memerlukan suatu proses, upaya nyata dan kerja keras. Profesionalisme ini meskipun secara nyata dapat dibangun oleh organisasi melalui pendidikan, pelatihan dan penugasan secara teratur dan berkesinambungan tetapi juga harus diikuti oleh peran aktif masing-masing pribadi Komandan Peleton dalam menunjang keberhasilan upaya itu.
b. Pendidikan dan latihan merupaka jawaban dalam rangka mewujudkan profesionalisme Komandan Peleton sebagaimana diharapkan, karena melalui pendidikan latihan seorang Komandan Peleton akan memiliki kualitas dan integritas pribadi yang kuat, bersifat adaptif, responsif, aspiratif dan komunikatif terhadap setiap permasalahan yang muncul dilingkungan tugas serta didasari oleh etika moral kebangsaan tinggi serta kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Menghadapi tuntutan dan tantangan keadaan masa kini dan masa depan tidak ada pilihan lagi bagi Komandan Peleton harus meningkatkan kualitas dirinya, dengan demikian setiap Komandan Peleton akan yakin dan pasti melangkah kedepan, menyongsong panggilan tugas yang kompleks.
d. Dihadapkan kepada tantangan tugas, baik yang berdimensi dalam negeri maupun luar negeri dihadapkan kepada ancaman, gangguan dan hambatan serta tantangan yang akan datang, maka setiap Komandan Peleton harus memiliki tingkat profesinalisme yang tinggi sesuai dengan bidang tugas dan spesialisasinya.
e. Suksesnya pelaksanaan tugas dan peran Komandan Peleton ditentukan oleh tingkat profesionalismenya yang tiada lain adalah merupakan perwujudan sikap sebagai pemimpin yang handal.
27. Saran.
a. Pengembangan karier harus jelas, obyektif dan konsisten agar para Komandan Peleton dapat menyadari keterkaitan antara pengembangan karier dengan kesempatan untuk mengemban azas.
b. Perlu pemerataan kesempatan dalam pelaksanaan mutasi baik jabatan maupun wilayah dalam rangka menambah pengalaman penugasan dan wawasan berfikir para Komandan Peleton menuju profesionalisme yang diinginkan.
c. Rekrutmen tenaga pelatih harus diupayakan melalui pemanduan bakat dan berdasakan keahlian agar kemampuan melatih maksimal dalam rangka menghasilkan Komandan Peleton yang handal.
d. Perlu penyesuaian kurikulum pendidikan dan latihan kursus Komandan Peleton dihadapkan dengan perkembangan tuntutan tugas dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Perlu penyesuaian dan penambahan sarana dan prasarana latihan di hadapkan pada perkembangan teknologi modern saat ini, sehingga hasilnya memenuhi standart yang diharapkan.
Demikian tulisan ini dibuat dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca betapa kecilnya manfaat dengan tetap menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis, penulis mengharapkan koreksi-koreksinya pembaca dalam rangka penyempurnaan.