Suku Bugis dan Makassar mempunyai falsafah kehidupan atau etika moral yang tertanam didiri masyarakatnya dari ajaran nenek moyangnya dulu, Ajaran moral Siri’ na pacce suku Bugis dan Makassar mirip dengan semangat Bushido kaum Samurai Jepang, bushido menekankan kesetiaan, keadilan, rasa malu, tata-krama, kemurnian, kesederhanaan, semangat berperang, kehormatan dan lain-lain.Siri’ yang merupakan konsep kesadaran hukum dan falsafah masyarakat Bugis-Makassar adalah sesuatu yang dianggap sakral . Siri’ na Pacce ( Bahasa Makassar ) atauSiri’ na Pesse’ ( Bahasa Bugis ) adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan dari karakter orang Bugis-Makassar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Begitu sakralnya kata itu,sehingga apabila seseorang kehilangan Siri’nya atau De’ni gaga Siri’na, maka tak ada lagiartinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia. Bahkan orang Bugis-Makassar berpendapat kalau mereka itu sirupai olo’ kolo’e ( seperti binatang ). Petuah Bugis berkata :Siri’mi Narituo ( karena malu kita hidup ).Siri’ adalah rasa malu yang terurai dalam dimensi-dimensi harkat dan martabatmanusia, rasa dendam (dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerangka pemulihan harga diriyang dipermalukan). Jadi Siri’ adalah sesuatu yang tabu bagi masyarakat Bugis-Makassar dalam interaksi dengan orang lain. Sedangkan pacce/ pesse merupakan konsep yangmembuat suku ini mampu menjaga solidaritas kelompok dan mampu bertahan di perantauanserta disegani. Pacce/pesse merupakan sifat belas kasih dan perasaan menanggung bebandan penderitaan orang lain, meskipun berlainan suku dan ras, seperti pepatah Indonesia Mengatakan “ Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul ”. Itulah salah satu aplikasi darikata pacce/pesse, Siri’ skopnya dalam skala intern, sedangkan pacce/pesse bersifat interndan ekstern, sehingga berlaku untuk semua orang.Karena falsafah dan ideologi Siri’ na pacce/pesse, maka keterikatan dankesetiakawanan di antara mereka mejadi kuat, baik sesama suku maupun dengan suku yanglain, Konsep Siri’ na Pacce/pesse bukan hanya di kenal oleh kedua suku ini, tetapi jugasuku-suku lain yang menghuni daratan Sulawesi, seperti Mandar dan Tator. Hanya saja kosakatanya yang berbeda, tapi ideologi dan falsafahnya memiliki kesamaan dalam berinterasi.Menurut A. Zainal Abidin Farid siri’ terbagi dalam dua jenis:
1. Siri’ ….Nipaka siri’
, yang terjadi bilamana seseorang dihina atau diperlakukan di luar bataskemanusiaan. Maka ia (atau keluarganya bila ia sendiri tidak mampu) harus menegakkan Siri’ nya untuk mengembalikan Dignity yang telah dirampas sebelumnya. Jika tidak ia akandisebut mate siri (mati harkat dan martabatnya sebagai manusia).“ Untuk orang bugis makassar, tidak ada tujuan atau alasan hidup yang lebih tinggi daripadamenjaga Siri’ nya, dan ketika masyarakat bugis makassar tersinggung atau dipermalukan(Nipaka siri’ ) mereka lebih senang mati dengan perkelahian untuk memulihkan Siri’ nya dari pada hidup tanpa Siri’ . Mereka terkenal dimana - mana di Indonesia dengan mudah suka berkelahi kalau merasa dipermalukan yaitu kalau diperlakukan tidak sesuai denganderajatnya. Meninggal karena Siri’ disebut Mate nigollai, mate nisantangngi artinya matidiberi gula dan santan atau mati secara manis dan gurih atau mati untuk sesuatu yang berguna.
Sebaliknya, hanya memarahi dengan kata-kata seorang lain, bukan karena Siri’ Melainkan dengan alasan lain dianggap hina. Begitu pula lebih-lebih dianggap hina melakukankekerasan terhadap orang lain hanya dengan alasan politik atau ekonomi, atau dengan katalain semua alasan perkelahian selain daripada Siri’ dianggap semacam kotoran jiwa yangdapat menghilangkan kesaktian.Tetapi kita harus mengerti bahwa Siri’ itu tidak bersifat menentang saja tetapi juga merupakan perasaan halus dan suci, Seseorang yang tidak mendengarkan orangtuanya kurang Siri’ nya. Seorang yang suka mencuri, atau yang tidak beragama, atau tidak tahu sopansantun semua dianggap sebagai kurang Siri’ nya”.
2. Siri’ Ma siri’
, yaitu pandangan hidup yang bermaksud untuk mempertahankan,meningkatkan atau mencapai suatu prestasi yang dilakukan dengan sekuat tenaga dan segala jerih payah demi Siri’ itu sendiri, demi Siri’ keluarga dan kelompok. Ada ungkapan bugis “Narekko sompe’ko, aja’ muancaji ana’guru, ancaji Punggawako” (Kalau kamu pergimerantau janganlah menjadi anak buah, tapi berjuanglah untuk menjadi pemimpin).