BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Jasmani adalah salah satu unsur kemampuan manusia, yang memberikan gambaran pada postur prajurit sehingga dalam hal pembinaannya tidak kalah pentingnya dengan pembinaan unsur lainnya seperti mental dan intelektual. Bahkan para pakar taktik mengatakan bahwa taktik akan dilaksanakan dengan baik bila diimbangi kemampuan jasmani yang baik, sebaliknya tak satupun taktik yang dapat dilaksanakan dengan sempurna apalagi berhasil dengan baik bila tidak didukung oleh kemampuan jasmani.
b. Fungsi Pembinaan jasmani merupakan salah satu fungsi tehnis militer yang menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan jasmani personil baik perorangan maupun dalam kelompok/satuan guna mempertinggi daya tempur. Dengan demikian pembinaan jasmani tidak hanya dilaksanakan pada waktu mengikuti pendidikan saja melainkan disemua satuan atau lembaga dan fase pembinaan sepanjang kemampuan jasmani itu dibutuhkan dan dituntut oleh tugas dan kewajiban baik perorangan maupun satuan terutama satuan Tempur/Banpur.
c. Kualitas manusia terjadi dari perpaduan unsur intelektual, mental/kepribadian dan kemampuan jasmani. Untuk meningkatkan kemampuan satuan adalah dengan meningkatkan mutu kemampuan jasmani dalam hal ini kesemaptaan jasmani.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Memberikan gambaran tentang upaya Danton untuk meningkatkan pembinaan jasmani peletonnya dalam rangka mendukung Tugas pokok.
b. Tujuan. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pimpinan TNI dalam menentukan kebijaksanaan tentang Pembinaan Jasmani dalam rangka mendukung Tugas pokok.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. .
a. Ruang Lingkup. Penulisan ini dibatasi pada konsepsi peningkatan kesemaptaan jasmani dalam rangka mendukung Tugas Operasi
b. Tata Urut. Tulisan ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :
1) Pendahuluan
2) Latar Belakang Pemikiran.
3) Kondisi Kesemaptaan Jasmani Peleton Saat ini.
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi.
5) Kondisi Kesemaptaan Jasmani Peleton yang Diharapkan.
6) Upaya Meningkatkan Kesemaptaan Jasmani Peleton.
7) Penutup.
4. Pendekatan. Dengan pendekatan metode Deskriftif dan berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama bertugas sebagai Pelatih Jasmani.
5. Pengertian.
a. Pembinaan Jasmani. Adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk membentuk, meningkatkan dan memelihara kemampuan jasmani, baik perorangan maupun satuan agar diperoleh suatu kesiapan/kesemaptaan jasmani yang tinggi sehingga selalu dalam keadaan siap/samapta untuk menyelesaikan tugas yang membutuhkan kemampuan musuh.
b. Kemampuan Jasmani. Adalah suatu keadaan dan kesanggupan tubuh dengan semua organnya dalam memberikan penampilan dan pengaturan gerakan di dalam mengatasi dan menyelesaikan tugas yang membutuhkan fisik/jasmani.
c. Kesegaran Jasmani. Adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan baik dan benar dalam waktu yang relatif lama tetapi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
d. Kesemaptaan Jasmani. Adalah kemampuan jasmani yang diharapkan pada tugas pekerjaan yang harus diselesaikan secara fisik sehingga memerlukan tingkat-tingkat tertentu di dalam menyelesaikan tugas yang dihadapi. Kesemaptaan Jasmani bisa disebut juga Kesiapan Jasmani.
BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN
6. Umum. Fungsi pembinaan jasmani merupakan satu fungsi tehnis militer yang menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan jasmani personil baik perorangan maupun dalam hubungan kelompok/satuan guna mempertinggi daya tempur. Dengan demikian pembinaan jasmani tidak hanya dilaksanakan dalam pendidikan saja, melainkan disemua lembaga dan fase pembinaan sepanjang kemampuan jasmani itu dibutuhkan dan dituntut oleh tugas dan kewajiban, baik perorangan maupun satuan, terutama Satuan Tempur/Banpur. Pembinaan akan mencapai hasil yang baik apabila sasarannya jelas dan sesuai dengan kebutuhan serta tuntutan tugas satuan. Oleh karena itu sasaran pembinaan jasmani satuan perlu dibakukan sehingga usaha dan pekerjaan serta kegiatan latihan diarahkan untuk mencapai sasaran yang dimaksud dalam rangka menyiapkan kemampuan personil.
7. Dasar Pemikiran.
a. Pembinaan akan mencapai hasil yang maksimal apabila sasarannya jelas dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan tugas. Oleh karena itu sasaran pembinaan kesemaptaan jasmani perlu dibakukan, sehingga usaha, pekerjaan serta kegiatan latihan jasmani prajurit diarahkan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
b. Untuk mencapai sasaran pembinaan jasmani yang normatif yang menjadi persyaratan guna mendukung tugas pokok, tidak ada jalan lain kecuali dengan melakukan latihan peningkatan kesemaptaan jasmani secara terus menerus, terarah dan teratur.
8. Permasalahan.
a. Dalam kenyataannya Pembinaan Jasmani kelihatannya menjadi momok bagi sebagain personil dimana terbukti apabila ada instruksi untuk melaksanakan test atau latihan kesemaptaan jasmani dirasakan sebagai suatu siksaan bahkan sampai berakibat pada kecelakaan yang fatal.
b. Pelaksanaan latihan kesemaptaan Jasmani disatuan saat ini masih belum maksimal sehingga perlu upaya untuk meningkatkannya. Tidak maksimalnya pelaksanaan pembinaan latihan kesemaptaan jasmani disebabkan beberapa hal diantaranya adalah sarana dan prasarana latihan, pelatih, lingkungan satuan dan faktor lainnya.
BAB III
KONDISI JASMANI PELETON SAAT INI
9. Umum. Batalyon Infanteri sebagai satuan manuver senantiasa dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesiapan tempur yang tinggi dalam rangka menghadapi tugas-tugas yang dibebankan kepadanya mengingat tuntutan yang sedemikian besarnya dalam mendukung tugas pokok maka tentunya diperlukan personil-personil satuan yang memiliki kualitas kemampuan fisik yang tinggi dan prima. Sukses dan tidaknya tugas yang diberikan sangat tergantung sejauh mana kesiapan satuan selama di home base. Peningkatan kemampuan fisik personil Batalyon bukan hanya tanggung jawab komandan Batalyon namun secara spesifik tugas para unsur Komandan bawahan mulai dari Danki, Danton, Danru dan juga merupakan tanggung jawab tiap-tiap individu/perorangan.
Namun latihan fisik tersebut bukan merupakan tujuan utama dari latihan yang dilaksanakan, sebab para pelatih di Yonif secara umum kurang memahami tentang latihan fisik jadi latihan yang dilaksanakan yang sifatnya rutinitas yang merupakan bagian dari pembinaan jasmani saja. Pembinaan latihan fisik di Batalyon Infanteri saat ini belum memenuhi standar latihan fisik yaitu lamanya latihan, intensitas latihan dan frekuensi latihan. Keterbatasan kemampuan pelatih, sarana, piranti lunak dan sebagainya merupakan penyebab kondisi pembinaan latihan fisik disatuan Batalyon Infanteri saat ini kurang bisa dilakukan dengan baik.
10. Postur Tubuh. Satuan tempur yang banyak melaksanakan penugasan dalam bentuk Operasi Tempur maupun latihan-latihan yang mengarah kepada tugatugas pertempuran atau sebagai manuver sangat memerlukan mobilitas yang tinggi dari anggotanya khususnya prajurit-prajurit sebagai anggota peleton dan secara umum tingkat mobilitas dan kelincahan yang tinggi menuntut adanya keseimbangan dari bentuk tubuh anggota. Saat ini memang secara umum sudah banyak anggota yang memiliki postur tubuh sesuai dengan kriteria kesehatan/jasmani. Namun masih pula dijumpai beberapa anggota karena ketidaktahuannya akan tugas dan tanggung jawab terhadap tugas serta terlena pada pergaulan. Dalam hal ini masalah hobi makan sehingga masih didapati anggota yang memiliki postur limit dan bahkan diluar limit. Hal ini sangat tidak positif pada pelaksanaan tugas yang dihadapi baik sebagai anggota peleton maupun sebagai anggota satuan. Sesuai Buku Petunjuk Lapangan TNI AD tentang Pembinaan Kesemaptaan Jasmani Personil TNI AD Nomor SKEP : 884/IX/1986 menjelaskan bahwa norma bentuk tubuh prajurit satuan tempur pada kriteria harmonis, tetapi kenyataannya saat ini masih ada anggota disatuan batalyon Infanteri yang norma bentuk tubuhnya masih jauh dari yang diharapkan dan rata-rata berkisar antara normal atas sampai batas limit atas.
11. Kesegaran Jasmani. Tingkat kesegaran jasmani yang bertugas disatuan tempur sebagai anggota peleton secara umum dapat dimulai baik hal ini tercermin pada saat pelaksanaan test kesegaran jasmani namun kondisinya belum mencapai 90 %, ini dikarenakan masih didapatnya sebagian kecil anggota yang memiliki tingkat kesegaran jasmani masih kurang dari standart nilai 61. Hal yang demikian dapat mempengaruhi pada pelaksanaan tugas yang dihadapi oleh peleton dalam rangka mendukung tugas yang diberikan oleh Kompi pada peleton tersebut, karena bagi anggota yang memiliki tingkat kesemaptaan jasmani yang kurang baik tidak akan memiliki daya tahan yang baik pula terhadap beban fisik yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan juga akan berpengaruh pada disiplin serta kekompakan peletonnya untuk itu dituntut kemampuan Danton dalam mencari solusi untuk meningkatkan fisik anggotanya.
Tingkat kesegaran jasmani prajurit yang di Batalyon hendaknya memiliki nilai rata-rata diatas nilai passing great. Hal ini dimaksudkan agar prajurit yang ada siap mendukung tugas-tugas satuan yang senantiasa menuntut adanya kesiapan fisiki sehingga dapat bereaksi secara cepat dan tepat dan memiliki daya tahan yang maksimal namun berdasarkan hasil pengamatan dilapangan khususnya bagi prajurit sebagai anggota peleton secara umum telah memiliki standar.
12. Kesiapan Mental. Bagi prajurit tempur dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk memiliki kesiapan mental kejuangan disamping juga kesiapan fisik. Hal ini merupakan kelabihan dan kekurangan yang ada pada diri prajurit dalam melaksanakan tugas disatuan tempur. Secara umum prajurit yang melaksanakan tugas disatuan tempur telah memiliki sikap mental yang meliputi disiplin, motivasi, dedikasi serta loyalitas dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dan dapat mendukung tugas-tugas satuan. Namun demikian masih ada beberapa prajurit yang memiliki sikap mental kurang terpuji dan tidak mempunyai rasa ikut memiliki satuannya. Indikasi ini dapat dilihat dari beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh oknum prajurit seperti ditemui antara lain :
a. Ditemui anggota yang mendatangi tempat-tempat yang dilarang untuk didatangi prajurit.
b. Ada anggota yang mabuk-mabukan, minum-minuman keras.
c. Didapati anggota yang berjudi dan hutang sana-sini.
d. Melaksanakan tindakan asusila.
e. Masih ada anggota yang melaksanakan pelanggaran disersi.
f. Tidak memiliki motivasi serta tidak ada loyaitas terhadap perintah atasan.
Hal ini sangat berpengaruh pada pelaksanaan tugas satuan, juga berdampak kurang baik pada citra TNI dan lebih spesifik lagi kondisi anggota yang semacam ini sangat mempengaruhi pada kesiapan pelatonnya dan berdampak kurang bai k terhadap kekompakan itu sendiri sehingga komandan peleton segera mengupayakan suatu solusi demi perbaikan disiplin anggota untuk menunjang pelaksanaan tugas yang diberikan oleh satuan atas kepada peletonnya.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
13. Umum. Kesegaran jasmani merupakan terjemahan dari phisical fitness yang lazimnya dapat diartikan tingkat kemampuan fisik yang dimiliki oleh seseorang untuk mengatasi dan menyelesaikan tugas-tugas fisik dengan baik tanpa mengakibatkan suatu kelelahan yang berarti. Akan tetapi dalam meningkatkan kemampuan jasmani khsusunya prajurit di Batatalyon sering banyak mengalami hambatan dan kendala yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pembinaannya, padahal kondisi kesegaran jasmani bersifat dinamis.
14. Faktor Internal.
a. Kemampuan.
1) Kesegaran Jasmani. Kesegaran Jasmani merupakan salah satu komponen kesemaptaan atau kesiapan jasmani yang harus dimiliki oleh setiap prajurit. Berbagai manfaat yang dapat ditimbulkan oleh kondisi fisik yang segar antara lain manusia dapat berproduksi apabila fisiknya segar dan sehat. Pada tahap dasar pembinaan, pada mulanya setiap personil melakukan kegiatan jasmani dengan perasaan kurang senang tetapi dengan melaksanakan secara bertahap dan sistimatis serta pemberian motivasi dan sasaran prestasi yang menarik sehingga akan menyenangkan dan merasakan efek positifnya.
2) Bimbingan Latihan. Bimbingan dalam latihan ini membutuhkan pelatih yang paham betul tentang disiplin ilmu pembinaan jasmani dengan segala aspeknya. Dengan didukung postur tubuh yang baik, kesegaran yang tinggi serta ketangakasan yang tinggi banyak mendukung tugas dalam mengatasi rintangan sehingga akan dapat mendukung pula tugas pokok yang dihadapi seseorang sebagai seorang prajurit.
b. Kelemahan.
1) Tingkat kesadaran. Belum adanya kesadaran dan rasa tanggung jawab pada diri setiap prajurit dalam melaksanakan pembinaan jasmani secara tersendiri, hanya dengan latihan yang keras dan rutin kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh setiap prajurit akan dapat disalurkan dan dikembangkan.
2) Kemauan dan Keterampilan . Tingkat kemampuan dan keterampilan yang masih rendah karena tidak dikembangkan sehingga timbul rasa kurang percaya diri dan merasa bahwa kemampuannya tidak berkembang lagi, program latihan dirasakan cukup berat baginya sehingga cenderung untuk selalu menghindar dari latihan yang telah diprogramkan.
3) Motivasi. Motivasi dalam melaksanakan latihan terlihat sangat kurang sungguh-sungguh sehingga upaya untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan jasmani tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
4) Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap prajurit masih rendah sehingga dalam melaksanakan program latihan kurang berjalan secara maksimal, karena dengan sumber daya yang terbatas memerlukan waktu dalam memahami materi latihan jasmani yang diberikan serta mentransfer gerakan yang sangat lamban, sehingga dalam pembinaannya perlu banyak latihan.
5) Tidak lepas juga mengenai faktor kesehatan dalm diri setiap parjurit harus tetap terjaga.
15. Faktor Eksternal.
a. Peluang.
1) Moril Tinggi. Dengan moril yang tinggi dan kesejahteraan yang baik akan sangat mendukung proses pembinaaan bagi seorang prajurit karena dengan motivasi itulah seorang prajurit tidak perlu lagi memikirkan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi jalannya latihan. Apalagi didukung dengan lingkungan yang baik dan sehat akan sangat membantu seorang prajurit didalam melaksanakan latihan dengan sungguh-sungguh. Dengan didukung sarana dan prasarana yang memadai akan mendukung program latihan yang diharapkan sehingga akan tercapai program pembinaan jasmani yang diharapkan.
2) Ilmu Pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh Danton dalam melaksanakan pembinaan jasmani dengan jalan menggunakan alat peralatan hasil rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti misalnya : alat fitnes, stopwach dan lain-lain. Dengan dapatnya Danton memanfaatkan fasilitas yang ada tentunya pembinaan jasmani dapat terselenggara dengan baik.
3) Globalisasi. Era globalisasi membawa pengaruh positif khususnya perkembangan arus Informasi yang berdampak terhadap transformasi informasi pada seluruh satuan. Dengan melalui media elektornik akan diperoleh manfaat tentang Kesehatan dan kebugaran yang meliputi Senam pagi dan areobik itu sendiri.
b. Kendala.
1) Kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan yang kurang diperhitungkan akan berpengaruh dengan menurunnya motivasi dan gairah dalam melaksanakan latihan.
2) Lingkungan. Selain itu lingkungan atau tempat dimana seorang prajurit itu tinggal dapat mendorong terbentuknya suatu kepribadian karena setiap saat selalu berhadapan dengan lingkungan tersebut. Apabila dalam lingkungan tersebut peduli terhadap segala bentuk kegiatan maka akan membantu kearah yang positif tetapi sebaliknya apabila lingkungan tersebut kurang peduli maka akan menurunkan motivasi dalam melaksanakan latihan.
3) Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana latihan yang terbatas akan menghambat pengembangan potensi dan kemampuan karena program latihan akan dapat dipertanggung jawabkan bila didukung sarana prasarana yang memadai.
BAB V
KONDISI JASMANI PELETON YANG DIHARAPKAN
16. Umum. Kemampuan jasmani atau kesemaptaan jasmani baik kesegaran A dan kesegaran B, postur tubuh dan kesiapan mental akan mampu membentuk kondisi kesemaptaan jasmani peleton yang diharapkan.
17. Postur Tubuh yang Ideal Bagi Prajurit. Kelincahan dan ketangkasan seorang prajurit akan sangat ditentukan keadaan postur tubuh karena kondisi postur tubuh yang tidak seimbang antara tinggi dan berat badan akan membuat gerakan menjadi lamban dan lemah. Dari perbandingan tinggi dan berat badan akan menggambarkan bentuk tubuh seseorang dengan klasifikasi : Ideal atau Istimewa, Harmonis, Normal, Limit, Luar batas. Adapun perasyaratan fisik yang diharapkan di Satuan Tempur/Banpur minimal Harmonis bahkan lebih bagus lagi kalau bisa kategori Ideal atau Istimewa.
a. Ciri-ciri klasifikasi “ Harmonis “ sebagai berikut :
1) Bentuk dan ukuran tubuh :
a) Perbandingan tinggi berat = Berat harmonis (BH) dengan batas tertinggi dan terendah : BI 7,5 % BI.
b) Struktur anatomis. Tidak ada kelainan.
2) Sikap dan penampilan.
a) Gerakan cepat, tepat dan trengginas.
b) Penampilan simpatik dan berwibawa.
b. Ciri-ciri klasifikasi “ Ideal atau Istimewa “ sebagai berikut :
1) Bentuk dan ukuran tubuh :
a) Perbandingan tinggi berat : Berat badan (BI) dengan rumus = 90 % ( T – 100 ).
b) Struktur anatomis : Kekar berotot, mulus, tidak ada kelainan.
2) Sikap dan penampilan.
a) Gerakan cepat, tepat dan trengginas.
b) Penampilan simpatik dan berwibawa.
18. Standar Kesegaran Jasmani Prajurit. Seorang akan memiliki daya tahan yang baik apabila melakukan aktifitas atau suatu kegiatan tanpa mengalami kelelahan yang berarti artinya ia mampu melaksanakan aktifitas dalam waktu yang lama dengan intesitas sedang dan setelah selesai melakukan aktifitas tersebut, dalam waktu yang singkat akan pulih kembali dan siap untuk melakukan aktifitas lainnya. Sebagai prajurit Infanteri hasil kesegaran jasmaninya minimal harus nilai 61 dan bisa dicapai dengan melakukan latihan yang rutin dan teratur. Karena dengan kemampuan fisik yang prima maka setiap prajurit TNI mampu membawa beban tempur 5,5 Kg dan mampu berjalan dalam Ketahanan Mars 25 Km serta mampu menjelajah medan dengan melalui rintangan alam maupun buatan dengan waktu yang relatif singkat.
19. Kesiapan Mental. Prajurit yang akan melaksanakan tugas disatuan tempur khususnya yang akan melaksanakan tugas peleton senantiasa dituntut memiliki kejuangan yang tinggi. Hal ini dihadapkan pada tantangan tugas yang dihadapi oleh satuan tempur yaitu banyak penugasan yang diberikan oleh Komando atas khususnya tugas-tugas TNI AD untuk menjaga integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga volume penugasan yang diberikan TNI kesatuan bawah lebih banyak. Demikian juga penunjukan Satuan Tempur dalam rangka melaksanakan tugas-tugas operasi, baik operasi penugasan maupun operasi pemulihan keamanan sebagai Bantuan militer kepada Sipil maupun kepada Polisi.
Dengan kondisi seperti tersebut diatas diharapkan prajurit yang bertugas disatuan tempur khusus peleton yang merupakan bagian dari satuan Kompi memiliki sikap mental yang tinggi disiplinnya, mempunyai dedikasi dalam melaksanakan tugas yang baik dan mempunyai rasa memiliki dan bangga dengan satuannya. Kondisi sikap mental yang demikian sangat-sangat diharapkan oleh pimpinan karena keberhasilan satuan yang lebih besar Batalyon sangat ditentukan oleh prajurit-prajurit yang berada di Peleton. Apabila peleton siap menerima tugas dan mampu melaksanakannya dengan baik maka tugas satuan akan tercapai dengan baik pula.
Untuk itu demi menjaga dan memelihara kemampuan peletonnya maka Komandan peleton senantiasa dituntut kemampuannya dalam upaya memelihara serta meningkatkan sikap mental anggotanya yang tercermin pada disiplin pada anggota dalam mendukung pelaksanaan satuan tugas.
BAB VI
UPAYA DANTON UNTUK MENINGKATKAN PEMBINAAN JASMANI PELETONNYA
DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK
20. Umum. Sehubungan dengan kemampuan jasmani merupakan salah satu faktor yang mutlak sebagai penunjang terhadap tugas-tugas prajurit TNI yang profesional. Maka perlu diupayakan suatu cara untuk meningkatkan pembinaannya sehingga dapat mendukung tugas pokok yang diharapkan.
21. Tujuan. Agar para unsur Komandan memperhatikan tehnik dan metode pembinaan jasmani sehingga prajurit selalu dalam kondisi semapta dan siap melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Selanjutnya kondisi tersebut agar dipertahankan guna mendukung tugas pokok satuan TNI AD tidak ada jalan lain kecuali dengan melakukana pembinaan kesiapan dan kemantapan jasmani yang berbentuk latihan secara terus menerus, teratur, terarah dan terkendali dalam satuan TNI AD.
22. Sasaran. Sasaran yang akan dicapai adalah terbentuknya kondisi jasmani prajurit disatuan tempur khususnya mencapai nilai “ Baik” yaitu minimal nilai 61 dan postur tubuh yang mencapai klasifikasi harmonis sehingga prajurit siap mendukung pelaksanaan tugas-tugas satuan yang senantiasa menuntut adanya kesiapan fisik dan dapat beraksi secara cepat dan tepat serta memiliki daya tahan yang maksimal.
23. Subyek. Subyek yang dimaksud dalam hal ini adalah para Komandan yang berada di Batalyon baik Danton, Danki, Danyon atau para unsur penanggung jawab mengenai pembinaan personil yang dapat mendukung tugas pokok.
24. Obyek. Seluruh anggota peleton pada khususnya dan seluruh anggota Batalyon yang semua mempunyai kewajiban masing-masing dalam rangka mendukung tugas pokok, diharapkan prajurit yang berdinas di Satuan Tempur dan Banpur minimal mencapai nilai 61.
25. Methode. Methode yang digunakan untuk meningkatkan pembinaan jasmani ditingkat peleton yaitu dengan :
a. Latihan. Untuk meningkatkan pembinaan jasmani harus dibuat program latihan yang disusun sedemikian rupa secara terprogram, bertahap, bertingkat dan berlanjut sehingga tercapai target pencapaian nilai 61 (minimal) untuk prajurit di Satuan tempur/Banpur.
b. Praktek. Dengan melaksanakan program latihan yang sudah disusun dan diterapkan dalam praktek maka akan diketahui sejauh mana pencapaian dari program tersebut, tanpa dipraktekkan maka program latihan tidak akan bisa berjalan dan tidak terlihat hasil atau sasarannya.
c. Demonstrasi. Yaiutu dengan memberikan contoh gerakan yang baik dan benar agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan tehnik dan gerakan yang benar.
26. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana dalam upaya pembinaan latihan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada disatuan. Jangan dijadikan hambatan apabila sarana yang ada dalam satuan sangat terbatas dalam mendukung setiap kegiatan latihan Binjasmil.
27. Upaya. Upaya yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pembinaan jasmani yaitu :
a. Penyelenggaraan Latihan.
1) Batalyon terdiri dari satuan-satuan yang walaupun tugas pokoknya secara umum sama tetapi prakteknya terdapat klasifikasi tugas yang didasarkan pada jenis dan bentuk satuannya. Pembagian latihan dibuat dengan tujuan :
a) Mengarahkan latihan pembinaan kesegaran jasmani agar mencapai sasaran yang tepat sesuai dengan tugas dan kewajiban prajurit.
b) Latihan dapat dipertanggung jawabkan sehingga mendukung kepentingan satuan.
c) Agar kemampuan jasmani prajurit meningkat sehingga sewaktu-waktu diperintahkan kedaerah konfliks selalu dalam keadaan siap.
2) Prinsip pembinaan dan sistimatika latihan.
a) Prinsip pembinaan kesegaran jasmani dan pembinaan jasmani haruslah berpegang teguh pada 3 (tiga) prinsip pokok dengan landasan sebagai berikut :
(1) Dengan landasan falsafah bahwa manusia merupakan perpaduan antara unsur fisik dan psykhis yang merupakan suatu totalitas, sehingga satu sama lain tidak dipisah-pisahkan Dengan landasan ini ditemukan porinsip meningkatkan kemampuan biologis dan psykhis.
(2) Dalam meningkatkan kemampuan secara biologis tidak perlu adanya pengorbanan secara psykologis, demikian pula dalam meningkatkan kemampuan secara psykologis tidak perlu mengorbankan secara biologis.
(3) Dalam meningkatkan kemampuan jasmani selalu tunduk pada aturan yang berlaku, atas dasar pengetahuan dan prinsip-prinsip inilah pembinaan jasmani disusun dalam sisitim latihan dan methode untuk dapat dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan.
b) Sistimatika latihan Jasmani. Dalam melaksanakan latihan harus sesuai dengan prosedur untuk menghindari terjadinya cidera. Urutan dalam melaksanakan latihan tersebut antara lain :
(1) Sebelum pelaksanaan latihan terlebih dahulu dilakukan cek denyut nadi awal sebagai langkah awal untuk mengetahui apakah yang bersangkutan dalam keadaan siap.
(2) Melakukan pemanasan baik dengan senam peregangan maupun senam dinamis dilakukan untuk penyesuaian suhu tubuh maupun pelamasan otot agar tidak terjadi cedera.
(3) Pemanasan dilakukan lebih kurang 10 s/d 15 menit.
(4) Memulai latihan dengan perlahan dan bertahap dari yang ringan menuju ke yang berat agar tujuan latihan tercapai.
(5) Latihan inti sesuai dengan program.
(6) Cek denyut nadi latihan untuk mengetahui bahwa latihan A Maksimal atau belum sesuai dengan kemampuan.
(7) Penenangan yaitu kegiatan menuju penghentian latihan.
3) Proses Pembinaan.
a) Proses istilah pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan.
(1) Dalam bentuk latihan. Istilah ini digunakan untuk membedakan bentuk latihan yaitu latihan pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan.
(2) Dalam pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan dapat pula disebut fungsi pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan.
(3) Dalam pelaksanaan pembinaan, istilah pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan merupakan fase-fase pembinaan.
b) Fase-fase Pembinaan.
(1) Fase pembentukan. Merupakan suatu proses pengisian yang belum nyata hingga menjadi dasar yang terwujud dan dapat digunakan untuk memelihara dan menjalankan apa yang dibebankan pada fase ini adalah pembentukan yang bertujuan untuk memperoleh dan membangun sikap dan gerak yang sebaik mungkin guna dapat menjalankan kegiatan selanjutnya.
(2) Fase peningkatan. Merupakan proses pembinaan kedua yaitu penyempurnaan apa yang telah dimiliki sehingga berkembang semaksimal mungkin. Dalam fase ini bertujuan mengembangkan kesanggupan fungsi organis semaksimal mungkin didasari dengan sikap dan gerak secara otomatis. Kesanggupan organis dapat berkembang dengan baik bila adanya latihan-latihan yang dilakukan sampai dimana kesanggupan yang akan dicapai sebagai sasaran adalah tergantung pada tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Yang jelas semakin tinggi tingkat jasmani semakin mudah ia mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu dengan baik.
(3) Fase pemeliharaan. Yaitu proses untuk memperbaiki dan mempertahankan terhadap apa yang telah dimiliki agar selalu dalam keadaan siap apabila diperlukan. Oleh karena itu latihan yang dilakukan berakibat tidak saja mempertahankan apa yang dimiliki tetapi juga dapat memperbaiki yang berarti ada peningkatan. Proses peningkatan dapat terjadi setelah adanya pembentukan dan proses pemeliharaan dapat terjadi setelah adanya fase peningkatan.
c) Pelaksanaan Pembinaan. Agar dapat dicapai hasil sesuai yang diharapkan dan minimal nilai “ 61 “ maka dalam pelaksanaan pendidikan harus didukung dengan latihan secara maksimal dengan memperbaiki hal-hal sebagai berikut :
(1) Adakan test awal untuk dapat mengetahui dan mengukur kemampuan awal sebagai acuan dalam menyusun program latihan.
(2) Buat klasifikasi berdasarkan kemampuan fisik pada test awal.
(3) Buat program pembinaan dan target yang harus dicapai secara bertahap, bertingkat dan berlanjut hingga dapat mencapai nilai minimal.
(4) Pelaksanaan latihan minimal tiga (3) kali seminggu.
(5) Setelah program latihan sudah berjalan setengahnya dari peogram yang dibuat, adakan test untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai apakah ada peningkatan atau tidak.
(6) Kemudian adakan pengelompokkan sesuai dengan kategori usia dan hasil nilai, guna peningkatan pembinaan selanjutnya.
(7) Setelah akhir pembinaan dilaksanakan test akhir, kemudian yang masih belum mencapai nilai minimal diberi porsi latihan tersendiri.
(8) Fase pemeliharaan, setelah nilai minimal telah dicapai tetap terpelihara dan perlu dapat ditingkatkan.
(9) Untuk menjaga postur tubuh agar tidak over weight harus tetap melaksanakan minimal tiga (3) kali dalam seminggu sehingga tetap ideal dan harmonis.
b. Membentuk Sikap Mental yang Baik.
1) Teori. Secara teori seorang Komandan peleton harus dapat memberikan penjelasan kepada anggotanya tentang sikap dan perilaku prajurit sebagai pedoman untuk menumbuhkan motivasi dan dedikasi dalam melaksanakan tugas. Adapun hal-hal yang perlu diberikan pada anggota meliputi :
a) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa hal ini sangat perlu sekali ditanamkan pada diri anggota agar anggota dalam melaksanakan tugas senantiasa menyadari akan kebesaran Tuhannya dan dapat dijadikan sumber kekuatan dalam setiap saat melaksanakan tugas.
b) Pancasila memberikan pemahaman tentang Idiologi Pancasila yang juga merupakan pengejewantahan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit agar setiap anggota menyadari akan nilai-nilai- luhur Pancasila yang tercermin pada Sapta Marga untuk selanjutnya memedomani dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam latihan maupun dalam tugas operasi.
c) Kesadaran hukum. Komandan peleton memberikan penjelasan tentang hukum dan Perundang-undangan yang brelaku dinegara kita baik yang berlaku dimiliter maupun dimasyarakat sipil serta Hukum Humaniter dan HAM dengan pemahaman bahwa sebagai anggota TNI harus senantiasa mematuhi semua hukum yang berlaku.
d) Jati diri Prajurit. Jati diri prajurit senantiasa dijelaskan oleh Komandan peleton kepada anggotanya hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan mental kejuangan pada diri prajurit.
2) Praktek. Pada saatnya mengaplikasikan materi-materi yang ada pelaksanaan kegiatan sehari-hari maka seorang Komandan peleton bersama-sama anggotanya untuk melakukan hal-hal yang positif dalam rangka menumbuhkan sikap mental prajurit.
3) Methode penyuluhan-penyuluhan tentang sikap mental kejuangan dalam rangka memlihara dan memantapkan sikap mental prajurit agar senantiasa melaksanakan kegiatan/tugas dengan berpedoman norma-norma kehidupan prajurit biasanya dilaksanakan secara terpadu yang telah dijadwalkan Komando Atas, dengan demikian diharapkan pada saatnya ada jadwal Bintal terpadu agar para Komandan peleton mengikut sertakan dan mengadakan pengecekan dari pelaksanaan penyuluhan tersebut guna sampai sejauh mana anggota dapat menyerap materi yang diberikan semua kegiatan seperti yang terurai diatas diharapkan dapat berdampak positif pada sikap mental prajurit dalam pelaksanaan tugas satuan Tempur serta dapat meningkatkan disiplin anggota.
BAB VII
PENUTUP
28. Kesimpulan. Dari uraian tentang upaya Danton untuk meningkatkan pembinaan jasmani peletonnya dalam rangka mendukung tugas pokok dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Satuan Peleton Infanteri merupakan unsur terdepan bagi Batalyon Infanteri dalam mengatasi berbagai konflik didaerah untuk pengamanan dan tugas-tugas di daerah Operasi, sehingga untuk mengatasi dan mengantisipasi tugas yang datang secara mendadak maka harus didukung oleh kemampuan fisik yang baik.
b. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas pokok tempur di daerah Operasi tidak hanya ditentukan oleh canggihnya senjata dan perlengkapan serta penggunaan tehnik dan taktik bertempur saja tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat kemampuan kesemamptaan jasmani dari masing-masing anggota peleton dan pembinaan kemampuan jasmani harus dilaksanakan secara terus menerus dan tidak boleh berhenti karena kesemaptaan jasmani mempunyai sifat tidak tetap artinya apabila dilatih akan mengalami peningkatan tetapi apabila tidak dilatih akan mengalami penurunan.
c. Kesiapan dan kemampuan jasmani yang baik hanya dapat diperoleh dengan latihan dan pembinaan kesemaptaan jasmani secara bertingkat, bertahap dan berlanjut dengan penerapan program latihan yang tepat sesuai kebutuhan tugas dan menghindarkan terjadinya Cedera.
29. Saran. Agar upaya Danton dalam meningkatkan pembinaan jasmani peletonnya berhasil dengan baik maka perlu disarankan beberapa hal sebagai berikut :
a. Peran dan kepedulian para unsur Komandan mulai dari Komandan peleton hingga Komandan Batalyon sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesemaptaan jasmani satuannya.
b. Dalam pelaksanaan latihan harus memperhatikan faktor-faktor keselamatan dan keamanan sehingga harus berpedoman pada prinsip latihan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.
c. Untuk mendukung tercapainya tujuan latihan maka sarana dan prasarana, fasilitas latihan harus dipenuhi dan ditingkatkan.
Demikian tulisan mengenai “ UPAYA DANTON UNTUK MENINGKATKAN PEMBINAAN JASMANI PELETONNYA DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK “ dengan harapan dapat dimanfaatkan dan sebagai sumbang saran bagi Komandan satuan dalam upaya meningkatkan kemampuan jasmani prajurit sehingga selalu dalam keadaan siap apabila sewaktu-waktu mendapat perintah dan tugas kedaerah konflik maupun daerah Operasi.
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Jasmani adalah salah satu unsur kemampuan manusia, yang memberikan gambaran pada postur prajurit sehingga dalam hal pembinaannya tidak kalah pentingnya dengan pembinaan unsur lainnya seperti mental dan intelektual. Bahkan para pakar taktik mengatakan bahwa taktik akan dilaksanakan dengan baik bila diimbangi kemampuan jasmani yang baik, sebaliknya tak satupun taktik yang dapat dilaksanakan dengan sempurna apalagi berhasil dengan baik bila tidak didukung oleh kemampuan jasmani.
b. Fungsi Pembinaan jasmani merupakan salah satu fungsi tehnis militer yang menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan jasmani personil baik perorangan maupun dalam kelompok/satuan guna mempertinggi daya tempur. Dengan demikian pembinaan jasmani tidak hanya dilaksanakan pada waktu mengikuti pendidikan saja melainkan disemua satuan atau lembaga dan fase pembinaan sepanjang kemampuan jasmani itu dibutuhkan dan dituntut oleh tugas dan kewajiban baik perorangan maupun satuan terutama satuan Tempur/Banpur.
c. Kualitas manusia terjadi dari perpaduan unsur intelektual, mental/kepribadian dan kemampuan jasmani. Untuk meningkatkan kemampuan satuan adalah dengan meningkatkan mutu kemampuan jasmani dalam hal ini kesemaptaan jasmani.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Memberikan gambaran tentang upaya Danton untuk meningkatkan pembinaan jasmani peletonnya dalam rangka mendukung Tugas pokok.
b. Tujuan. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pimpinan TNI dalam menentukan kebijaksanaan tentang Pembinaan Jasmani dalam rangka mendukung Tugas pokok.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. .
a. Ruang Lingkup. Penulisan ini dibatasi pada konsepsi peningkatan kesemaptaan jasmani dalam rangka mendukung Tugas Operasi
b. Tata Urut. Tulisan ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :
1) Pendahuluan
2) Latar Belakang Pemikiran.
3) Kondisi Kesemaptaan Jasmani Peleton Saat ini.
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi.
5) Kondisi Kesemaptaan Jasmani Peleton yang Diharapkan.
6) Upaya Meningkatkan Kesemaptaan Jasmani Peleton.
7) Penutup.
4. Pendekatan. Dengan pendekatan metode Deskriftif dan berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama bertugas sebagai Pelatih Jasmani.
5. Pengertian.
a. Pembinaan Jasmani. Adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk membentuk, meningkatkan dan memelihara kemampuan jasmani, baik perorangan maupun satuan agar diperoleh suatu kesiapan/kesemaptaan jasmani yang tinggi sehingga selalu dalam keadaan siap/samapta untuk menyelesaikan tugas yang membutuhkan kemampuan musuh.
b. Kemampuan Jasmani. Adalah suatu keadaan dan kesanggupan tubuh dengan semua organnya dalam memberikan penampilan dan pengaturan gerakan di dalam mengatasi dan menyelesaikan tugas yang membutuhkan fisik/jasmani.
c. Kesegaran Jasmani. Adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan baik dan benar dalam waktu yang relatif lama tetapi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
d. Kesemaptaan Jasmani. Adalah kemampuan jasmani yang diharapkan pada tugas pekerjaan yang harus diselesaikan secara fisik sehingga memerlukan tingkat-tingkat tertentu di dalam menyelesaikan tugas yang dihadapi. Kesemaptaan Jasmani bisa disebut juga Kesiapan Jasmani.
BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN
6. Umum. Fungsi pembinaan jasmani merupakan satu fungsi tehnis militer yang menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan jasmani personil baik perorangan maupun dalam hubungan kelompok/satuan guna mempertinggi daya tempur. Dengan demikian pembinaan jasmani tidak hanya dilaksanakan dalam pendidikan saja, melainkan disemua lembaga dan fase pembinaan sepanjang kemampuan jasmani itu dibutuhkan dan dituntut oleh tugas dan kewajiban, baik perorangan maupun satuan, terutama Satuan Tempur/Banpur. Pembinaan akan mencapai hasil yang baik apabila sasarannya jelas dan sesuai dengan kebutuhan serta tuntutan tugas satuan. Oleh karena itu sasaran pembinaan jasmani satuan perlu dibakukan sehingga usaha dan pekerjaan serta kegiatan latihan diarahkan untuk mencapai sasaran yang dimaksud dalam rangka menyiapkan kemampuan personil.
7. Dasar Pemikiran.
a. Pembinaan akan mencapai hasil yang maksimal apabila sasarannya jelas dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan tugas. Oleh karena itu sasaran pembinaan kesemaptaan jasmani perlu dibakukan, sehingga usaha, pekerjaan serta kegiatan latihan jasmani prajurit diarahkan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
b. Untuk mencapai sasaran pembinaan jasmani yang normatif yang menjadi persyaratan guna mendukung tugas pokok, tidak ada jalan lain kecuali dengan melakukan latihan peningkatan kesemaptaan jasmani secara terus menerus, terarah dan teratur.
8. Permasalahan.
a. Dalam kenyataannya Pembinaan Jasmani kelihatannya menjadi momok bagi sebagain personil dimana terbukti apabila ada instruksi untuk melaksanakan test atau latihan kesemaptaan jasmani dirasakan sebagai suatu siksaan bahkan sampai berakibat pada kecelakaan yang fatal.
b. Pelaksanaan latihan kesemaptaan Jasmani disatuan saat ini masih belum maksimal sehingga perlu upaya untuk meningkatkannya. Tidak maksimalnya pelaksanaan pembinaan latihan kesemaptaan jasmani disebabkan beberapa hal diantaranya adalah sarana dan prasarana latihan, pelatih, lingkungan satuan dan faktor lainnya.
BAB III
KONDISI JASMANI PELETON SAAT INI
9. Umum. Batalyon Infanteri sebagai satuan manuver senantiasa dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesiapan tempur yang tinggi dalam rangka menghadapi tugas-tugas yang dibebankan kepadanya mengingat tuntutan yang sedemikian besarnya dalam mendukung tugas pokok maka tentunya diperlukan personil-personil satuan yang memiliki kualitas kemampuan fisik yang tinggi dan prima. Sukses dan tidaknya tugas yang diberikan sangat tergantung sejauh mana kesiapan satuan selama di home base. Peningkatan kemampuan fisik personil Batalyon bukan hanya tanggung jawab komandan Batalyon namun secara spesifik tugas para unsur Komandan bawahan mulai dari Danki, Danton, Danru dan juga merupakan tanggung jawab tiap-tiap individu/perorangan.
Namun latihan fisik tersebut bukan merupakan tujuan utama dari latihan yang dilaksanakan, sebab para pelatih di Yonif secara umum kurang memahami tentang latihan fisik jadi latihan yang dilaksanakan yang sifatnya rutinitas yang merupakan bagian dari pembinaan jasmani saja. Pembinaan latihan fisik di Batalyon Infanteri saat ini belum memenuhi standar latihan fisik yaitu lamanya latihan, intensitas latihan dan frekuensi latihan. Keterbatasan kemampuan pelatih, sarana, piranti lunak dan sebagainya merupakan penyebab kondisi pembinaan latihan fisik disatuan Batalyon Infanteri saat ini kurang bisa dilakukan dengan baik.
10. Postur Tubuh. Satuan tempur yang banyak melaksanakan penugasan dalam bentuk Operasi Tempur maupun latihan-latihan yang mengarah kepada tugatugas pertempuran atau sebagai manuver sangat memerlukan mobilitas yang tinggi dari anggotanya khususnya prajurit-prajurit sebagai anggota peleton dan secara umum tingkat mobilitas dan kelincahan yang tinggi menuntut adanya keseimbangan dari bentuk tubuh anggota. Saat ini memang secara umum sudah banyak anggota yang memiliki postur tubuh sesuai dengan kriteria kesehatan/jasmani. Namun masih pula dijumpai beberapa anggota karena ketidaktahuannya akan tugas dan tanggung jawab terhadap tugas serta terlena pada pergaulan. Dalam hal ini masalah hobi makan sehingga masih didapati anggota yang memiliki postur limit dan bahkan diluar limit. Hal ini sangat tidak positif pada pelaksanaan tugas yang dihadapi baik sebagai anggota peleton maupun sebagai anggota satuan. Sesuai Buku Petunjuk Lapangan TNI AD tentang Pembinaan Kesemaptaan Jasmani Personil TNI AD Nomor SKEP : 884/IX/1986 menjelaskan bahwa norma bentuk tubuh prajurit satuan tempur pada kriteria harmonis, tetapi kenyataannya saat ini masih ada anggota disatuan batalyon Infanteri yang norma bentuk tubuhnya masih jauh dari yang diharapkan dan rata-rata berkisar antara normal atas sampai batas limit atas.
11. Kesegaran Jasmani. Tingkat kesegaran jasmani yang bertugas disatuan tempur sebagai anggota peleton secara umum dapat dimulai baik hal ini tercermin pada saat pelaksanaan test kesegaran jasmani namun kondisinya belum mencapai 90 %, ini dikarenakan masih didapatnya sebagian kecil anggota yang memiliki tingkat kesegaran jasmani masih kurang dari standart nilai 61. Hal yang demikian dapat mempengaruhi pada pelaksanaan tugas yang dihadapi oleh peleton dalam rangka mendukung tugas yang diberikan oleh Kompi pada peleton tersebut, karena bagi anggota yang memiliki tingkat kesemaptaan jasmani yang kurang baik tidak akan memiliki daya tahan yang baik pula terhadap beban fisik yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan juga akan berpengaruh pada disiplin serta kekompakan peletonnya untuk itu dituntut kemampuan Danton dalam mencari solusi untuk meningkatkan fisik anggotanya.
Tingkat kesegaran jasmani prajurit yang di Batalyon hendaknya memiliki nilai rata-rata diatas nilai passing great. Hal ini dimaksudkan agar prajurit yang ada siap mendukung tugas-tugas satuan yang senantiasa menuntut adanya kesiapan fisiki sehingga dapat bereaksi secara cepat dan tepat dan memiliki daya tahan yang maksimal namun berdasarkan hasil pengamatan dilapangan khususnya bagi prajurit sebagai anggota peleton secara umum telah memiliki standar.
12. Kesiapan Mental. Bagi prajurit tempur dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk memiliki kesiapan mental kejuangan disamping juga kesiapan fisik. Hal ini merupakan kelabihan dan kekurangan yang ada pada diri prajurit dalam melaksanakan tugas disatuan tempur. Secara umum prajurit yang melaksanakan tugas disatuan tempur telah memiliki sikap mental yang meliputi disiplin, motivasi, dedikasi serta loyalitas dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dan dapat mendukung tugas-tugas satuan. Namun demikian masih ada beberapa prajurit yang memiliki sikap mental kurang terpuji dan tidak mempunyai rasa ikut memiliki satuannya. Indikasi ini dapat dilihat dari beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh oknum prajurit seperti ditemui antara lain :
a. Ditemui anggota yang mendatangi tempat-tempat yang dilarang untuk didatangi prajurit.
b. Ada anggota yang mabuk-mabukan, minum-minuman keras.
c. Didapati anggota yang berjudi dan hutang sana-sini.
d. Melaksanakan tindakan asusila.
e. Masih ada anggota yang melaksanakan pelanggaran disersi.
f. Tidak memiliki motivasi serta tidak ada loyaitas terhadap perintah atasan.
Hal ini sangat berpengaruh pada pelaksanaan tugas satuan, juga berdampak kurang baik pada citra TNI dan lebih spesifik lagi kondisi anggota yang semacam ini sangat mempengaruhi pada kesiapan pelatonnya dan berdampak kurang bai k terhadap kekompakan itu sendiri sehingga komandan peleton segera mengupayakan suatu solusi demi perbaikan disiplin anggota untuk menunjang pelaksanaan tugas yang diberikan oleh satuan atas kepada peletonnya.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
13. Umum. Kesegaran jasmani merupakan terjemahan dari phisical fitness yang lazimnya dapat diartikan tingkat kemampuan fisik yang dimiliki oleh seseorang untuk mengatasi dan menyelesaikan tugas-tugas fisik dengan baik tanpa mengakibatkan suatu kelelahan yang berarti. Akan tetapi dalam meningkatkan kemampuan jasmani khsusunya prajurit di Batatalyon sering banyak mengalami hambatan dan kendala yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pembinaannya, padahal kondisi kesegaran jasmani bersifat dinamis.
14. Faktor Internal.
a. Kemampuan.
1) Kesegaran Jasmani. Kesegaran Jasmani merupakan salah satu komponen kesemaptaan atau kesiapan jasmani yang harus dimiliki oleh setiap prajurit. Berbagai manfaat yang dapat ditimbulkan oleh kondisi fisik yang segar antara lain manusia dapat berproduksi apabila fisiknya segar dan sehat. Pada tahap dasar pembinaan, pada mulanya setiap personil melakukan kegiatan jasmani dengan perasaan kurang senang tetapi dengan melaksanakan secara bertahap dan sistimatis serta pemberian motivasi dan sasaran prestasi yang menarik sehingga akan menyenangkan dan merasakan efek positifnya.
2) Bimbingan Latihan. Bimbingan dalam latihan ini membutuhkan pelatih yang paham betul tentang disiplin ilmu pembinaan jasmani dengan segala aspeknya. Dengan didukung postur tubuh yang baik, kesegaran yang tinggi serta ketangakasan yang tinggi banyak mendukung tugas dalam mengatasi rintangan sehingga akan dapat mendukung pula tugas pokok yang dihadapi seseorang sebagai seorang prajurit.
b. Kelemahan.
1) Tingkat kesadaran. Belum adanya kesadaran dan rasa tanggung jawab pada diri setiap prajurit dalam melaksanakan pembinaan jasmani secara tersendiri, hanya dengan latihan yang keras dan rutin kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh setiap prajurit akan dapat disalurkan dan dikembangkan.
2) Kemauan dan Keterampilan . Tingkat kemampuan dan keterampilan yang masih rendah karena tidak dikembangkan sehingga timbul rasa kurang percaya diri dan merasa bahwa kemampuannya tidak berkembang lagi, program latihan dirasakan cukup berat baginya sehingga cenderung untuk selalu menghindar dari latihan yang telah diprogramkan.
3) Motivasi. Motivasi dalam melaksanakan latihan terlihat sangat kurang sungguh-sungguh sehingga upaya untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan jasmani tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
4) Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap prajurit masih rendah sehingga dalam melaksanakan program latihan kurang berjalan secara maksimal, karena dengan sumber daya yang terbatas memerlukan waktu dalam memahami materi latihan jasmani yang diberikan serta mentransfer gerakan yang sangat lamban, sehingga dalam pembinaannya perlu banyak latihan.
5) Tidak lepas juga mengenai faktor kesehatan dalm diri setiap parjurit harus tetap terjaga.
15. Faktor Eksternal.
a. Peluang.
1) Moril Tinggi. Dengan moril yang tinggi dan kesejahteraan yang baik akan sangat mendukung proses pembinaaan bagi seorang prajurit karena dengan motivasi itulah seorang prajurit tidak perlu lagi memikirkan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi jalannya latihan. Apalagi didukung dengan lingkungan yang baik dan sehat akan sangat membantu seorang prajurit didalam melaksanakan latihan dengan sungguh-sungguh. Dengan didukung sarana dan prasarana yang memadai akan mendukung program latihan yang diharapkan sehingga akan tercapai program pembinaan jasmani yang diharapkan.
2) Ilmu Pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh Danton dalam melaksanakan pembinaan jasmani dengan jalan menggunakan alat peralatan hasil rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti misalnya : alat fitnes, stopwach dan lain-lain. Dengan dapatnya Danton memanfaatkan fasilitas yang ada tentunya pembinaan jasmani dapat terselenggara dengan baik.
3) Globalisasi. Era globalisasi membawa pengaruh positif khususnya perkembangan arus Informasi yang berdampak terhadap transformasi informasi pada seluruh satuan. Dengan melalui media elektornik akan diperoleh manfaat tentang Kesehatan dan kebugaran yang meliputi Senam pagi dan areobik itu sendiri.
b. Kendala.
1) Kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan yang kurang diperhitungkan akan berpengaruh dengan menurunnya motivasi dan gairah dalam melaksanakan latihan.
2) Lingkungan. Selain itu lingkungan atau tempat dimana seorang prajurit itu tinggal dapat mendorong terbentuknya suatu kepribadian karena setiap saat selalu berhadapan dengan lingkungan tersebut. Apabila dalam lingkungan tersebut peduli terhadap segala bentuk kegiatan maka akan membantu kearah yang positif tetapi sebaliknya apabila lingkungan tersebut kurang peduli maka akan menurunkan motivasi dalam melaksanakan latihan.
3) Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana latihan yang terbatas akan menghambat pengembangan potensi dan kemampuan karena program latihan akan dapat dipertanggung jawabkan bila didukung sarana prasarana yang memadai.
BAB V
KONDISI JASMANI PELETON YANG DIHARAPKAN
16. Umum. Kemampuan jasmani atau kesemaptaan jasmani baik kesegaran A dan kesegaran B, postur tubuh dan kesiapan mental akan mampu membentuk kondisi kesemaptaan jasmani peleton yang diharapkan.
17. Postur Tubuh yang Ideal Bagi Prajurit. Kelincahan dan ketangkasan seorang prajurit akan sangat ditentukan keadaan postur tubuh karena kondisi postur tubuh yang tidak seimbang antara tinggi dan berat badan akan membuat gerakan menjadi lamban dan lemah. Dari perbandingan tinggi dan berat badan akan menggambarkan bentuk tubuh seseorang dengan klasifikasi : Ideal atau Istimewa, Harmonis, Normal, Limit, Luar batas. Adapun perasyaratan fisik yang diharapkan di Satuan Tempur/Banpur minimal Harmonis bahkan lebih bagus lagi kalau bisa kategori Ideal atau Istimewa.
a. Ciri-ciri klasifikasi “ Harmonis “ sebagai berikut :
1) Bentuk dan ukuran tubuh :
a) Perbandingan tinggi berat = Berat harmonis (BH) dengan batas tertinggi dan terendah : BI 7,5 % BI.
b) Struktur anatomis. Tidak ada kelainan.
2) Sikap dan penampilan.
a) Gerakan cepat, tepat dan trengginas.
b) Penampilan simpatik dan berwibawa.
b. Ciri-ciri klasifikasi “ Ideal atau Istimewa “ sebagai berikut :
1) Bentuk dan ukuran tubuh :
a) Perbandingan tinggi berat : Berat badan (BI) dengan rumus = 90 % ( T – 100 ).
b) Struktur anatomis : Kekar berotot, mulus, tidak ada kelainan.
2) Sikap dan penampilan.
a) Gerakan cepat, tepat dan trengginas.
b) Penampilan simpatik dan berwibawa.
18. Standar Kesegaran Jasmani Prajurit. Seorang akan memiliki daya tahan yang baik apabila melakukan aktifitas atau suatu kegiatan tanpa mengalami kelelahan yang berarti artinya ia mampu melaksanakan aktifitas dalam waktu yang lama dengan intesitas sedang dan setelah selesai melakukan aktifitas tersebut, dalam waktu yang singkat akan pulih kembali dan siap untuk melakukan aktifitas lainnya. Sebagai prajurit Infanteri hasil kesegaran jasmaninya minimal harus nilai 61 dan bisa dicapai dengan melakukan latihan yang rutin dan teratur. Karena dengan kemampuan fisik yang prima maka setiap prajurit TNI mampu membawa beban tempur 5,5 Kg dan mampu berjalan dalam Ketahanan Mars 25 Km serta mampu menjelajah medan dengan melalui rintangan alam maupun buatan dengan waktu yang relatif singkat.
19. Kesiapan Mental. Prajurit yang akan melaksanakan tugas disatuan tempur khususnya yang akan melaksanakan tugas peleton senantiasa dituntut memiliki kejuangan yang tinggi. Hal ini dihadapkan pada tantangan tugas yang dihadapi oleh satuan tempur yaitu banyak penugasan yang diberikan oleh Komando atas khususnya tugas-tugas TNI AD untuk menjaga integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga volume penugasan yang diberikan TNI kesatuan bawah lebih banyak. Demikian juga penunjukan Satuan Tempur dalam rangka melaksanakan tugas-tugas operasi, baik operasi penugasan maupun operasi pemulihan keamanan sebagai Bantuan militer kepada Sipil maupun kepada Polisi.
Dengan kondisi seperti tersebut diatas diharapkan prajurit yang bertugas disatuan tempur khusus peleton yang merupakan bagian dari satuan Kompi memiliki sikap mental yang tinggi disiplinnya, mempunyai dedikasi dalam melaksanakan tugas yang baik dan mempunyai rasa memiliki dan bangga dengan satuannya. Kondisi sikap mental yang demikian sangat-sangat diharapkan oleh pimpinan karena keberhasilan satuan yang lebih besar Batalyon sangat ditentukan oleh prajurit-prajurit yang berada di Peleton. Apabila peleton siap menerima tugas dan mampu melaksanakannya dengan baik maka tugas satuan akan tercapai dengan baik pula.
Untuk itu demi menjaga dan memelihara kemampuan peletonnya maka Komandan peleton senantiasa dituntut kemampuannya dalam upaya memelihara serta meningkatkan sikap mental anggotanya yang tercermin pada disiplin pada anggota dalam mendukung pelaksanaan satuan tugas.
BAB VI
UPAYA DANTON UNTUK MENINGKATKAN PEMBINAAN JASMANI PELETONNYA
DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK
20. Umum. Sehubungan dengan kemampuan jasmani merupakan salah satu faktor yang mutlak sebagai penunjang terhadap tugas-tugas prajurit TNI yang profesional. Maka perlu diupayakan suatu cara untuk meningkatkan pembinaannya sehingga dapat mendukung tugas pokok yang diharapkan.
21. Tujuan. Agar para unsur Komandan memperhatikan tehnik dan metode pembinaan jasmani sehingga prajurit selalu dalam kondisi semapta dan siap melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Selanjutnya kondisi tersebut agar dipertahankan guna mendukung tugas pokok satuan TNI AD tidak ada jalan lain kecuali dengan melakukana pembinaan kesiapan dan kemantapan jasmani yang berbentuk latihan secara terus menerus, teratur, terarah dan terkendali dalam satuan TNI AD.
22. Sasaran. Sasaran yang akan dicapai adalah terbentuknya kondisi jasmani prajurit disatuan tempur khususnya mencapai nilai “ Baik” yaitu minimal nilai 61 dan postur tubuh yang mencapai klasifikasi harmonis sehingga prajurit siap mendukung pelaksanaan tugas-tugas satuan yang senantiasa menuntut adanya kesiapan fisik dan dapat beraksi secara cepat dan tepat serta memiliki daya tahan yang maksimal.
23. Subyek. Subyek yang dimaksud dalam hal ini adalah para Komandan yang berada di Batalyon baik Danton, Danki, Danyon atau para unsur penanggung jawab mengenai pembinaan personil yang dapat mendukung tugas pokok.
24. Obyek. Seluruh anggota peleton pada khususnya dan seluruh anggota Batalyon yang semua mempunyai kewajiban masing-masing dalam rangka mendukung tugas pokok, diharapkan prajurit yang berdinas di Satuan Tempur dan Banpur minimal mencapai nilai 61.
25. Methode. Methode yang digunakan untuk meningkatkan pembinaan jasmani ditingkat peleton yaitu dengan :
a. Latihan. Untuk meningkatkan pembinaan jasmani harus dibuat program latihan yang disusun sedemikian rupa secara terprogram, bertahap, bertingkat dan berlanjut sehingga tercapai target pencapaian nilai 61 (minimal) untuk prajurit di Satuan tempur/Banpur.
b. Praktek. Dengan melaksanakan program latihan yang sudah disusun dan diterapkan dalam praktek maka akan diketahui sejauh mana pencapaian dari program tersebut, tanpa dipraktekkan maka program latihan tidak akan bisa berjalan dan tidak terlihat hasil atau sasarannya.
c. Demonstrasi. Yaiutu dengan memberikan contoh gerakan yang baik dan benar agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan tehnik dan gerakan yang benar.
26. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana dalam upaya pembinaan latihan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada disatuan. Jangan dijadikan hambatan apabila sarana yang ada dalam satuan sangat terbatas dalam mendukung setiap kegiatan latihan Binjasmil.
27. Upaya. Upaya yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pembinaan jasmani yaitu :
a. Penyelenggaraan Latihan.
1) Batalyon terdiri dari satuan-satuan yang walaupun tugas pokoknya secara umum sama tetapi prakteknya terdapat klasifikasi tugas yang didasarkan pada jenis dan bentuk satuannya. Pembagian latihan dibuat dengan tujuan :
a) Mengarahkan latihan pembinaan kesegaran jasmani agar mencapai sasaran yang tepat sesuai dengan tugas dan kewajiban prajurit.
b) Latihan dapat dipertanggung jawabkan sehingga mendukung kepentingan satuan.
c) Agar kemampuan jasmani prajurit meningkat sehingga sewaktu-waktu diperintahkan kedaerah konfliks selalu dalam keadaan siap.
2) Prinsip pembinaan dan sistimatika latihan.
a) Prinsip pembinaan kesegaran jasmani dan pembinaan jasmani haruslah berpegang teguh pada 3 (tiga) prinsip pokok dengan landasan sebagai berikut :
(1) Dengan landasan falsafah bahwa manusia merupakan perpaduan antara unsur fisik dan psykhis yang merupakan suatu totalitas, sehingga satu sama lain tidak dipisah-pisahkan Dengan landasan ini ditemukan porinsip meningkatkan kemampuan biologis dan psykhis.
(2) Dalam meningkatkan kemampuan secara biologis tidak perlu adanya pengorbanan secara psykologis, demikian pula dalam meningkatkan kemampuan secara psykologis tidak perlu mengorbankan secara biologis.
(3) Dalam meningkatkan kemampuan jasmani selalu tunduk pada aturan yang berlaku, atas dasar pengetahuan dan prinsip-prinsip inilah pembinaan jasmani disusun dalam sisitim latihan dan methode untuk dapat dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan.
b) Sistimatika latihan Jasmani. Dalam melaksanakan latihan harus sesuai dengan prosedur untuk menghindari terjadinya cidera. Urutan dalam melaksanakan latihan tersebut antara lain :
(1) Sebelum pelaksanaan latihan terlebih dahulu dilakukan cek denyut nadi awal sebagai langkah awal untuk mengetahui apakah yang bersangkutan dalam keadaan siap.
(2) Melakukan pemanasan baik dengan senam peregangan maupun senam dinamis dilakukan untuk penyesuaian suhu tubuh maupun pelamasan otot agar tidak terjadi cedera.
(3) Pemanasan dilakukan lebih kurang 10 s/d 15 menit.
(4) Memulai latihan dengan perlahan dan bertahap dari yang ringan menuju ke yang berat agar tujuan latihan tercapai.
(5) Latihan inti sesuai dengan program.
(6) Cek denyut nadi latihan untuk mengetahui bahwa latihan A Maksimal atau belum sesuai dengan kemampuan.
(7) Penenangan yaitu kegiatan menuju penghentian latihan.
3) Proses Pembinaan.
a) Proses istilah pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan.
(1) Dalam bentuk latihan. Istilah ini digunakan untuk membedakan bentuk latihan yaitu latihan pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan.
(2) Dalam pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan dapat pula disebut fungsi pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan.
(3) Dalam pelaksanaan pembinaan, istilah pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan merupakan fase-fase pembinaan.
b) Fase-fase Pembinaan.
(1) Fase pembentukan. Merupakan suatu proses pengisian yang belum nyata hingga menjadi dasar yang terwujud dan dapat digunakan untuk memelihara dan menjalankan apa yang dibebankan pada fase ini adalah pembentukan yang bertujuan untuk memperoleh dan membangun sikap dan gerak yang sebaik mungkin guna dapat menjalankan kegiatan selanjutnya.
(2) Fase peningkatan. Merupakan proses pembinaan kedua yaitu penyempurnaan apa yang telah dimiliki sehingga berkembang semaksimal mungkin. Dalam fase ini bertujuan mengembangkan kesanggupan fungsi organis semaksimal mungkin didasari dengan sikap dan gerak secara otomatis. Kesanggupan organis dapat berkembang dengan baik bila adanya latihan-latihan yang dilakukan sampai dimana kesanggupan yang akan dicapai sebagai sasaran adalah tergantung pada tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Yang jelas semakin tinggi tingkat jasmani semakin mudah ia mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu dengan baik.
(3) Fase pemeliharaan. Yaitu proses untuk memperbaiki dan mempertahankan terhadap apa yang telah dimiliki agar selalu dalam keadaan siap apabila diperlukan. Oleh karena itu latihan yang dilakukan berakibat tidak saja mempertahankan apa yang dimiliki tetapi juga dapat memperbaiki yang berarti ada peningkatan. Proses peningkatan dapat terjadi setelah adanya pembentukan dan proses pemeliharaan dapat terjadi setelah adanya fase peningkatan.
c) Pelaksanaan Pembinaan. Agar dapat dicapai hasil sesuai yang diharapkan dan minimal nilai “ 61 “ maka dalam pelaksanaan pendidikan harus didukung dengan latihan secara maksimal dengan memperbaiki hal-hal sebagai berikut :
(1) Adakan test awal untuk dapat mengetahui dan mengukur kemampuan awal sebagai acuan dalam menyusun program latihan.
(2) Buat klasifikasi berdasarkan kemampuan fisik pada test awal.
(3) Buat program pembinaan dan target yang harus dicapai secara bertahap, bertingkat dan berlanjut hingga dapat mencapai nilai minimal.
(4) Pelaksanaan latihan minimal tiga (3) kali seminggu.
(5) Setelah program latihan sudah berjalan setengahnya dari peogram yang dibuat, adakan test untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai apakah ada peningkatan atau tidak.
(6) Kemudian adakan pengelompokkan sesuai dengan kategori usia dan hasil nilai, guna peningkatan pembinaan selanjutnya.
(7) Setelah akhir pembinaan dilaksanakan test akhir, kemudian yang masih belum mencapai nilai minimal diberi porsi latihan tersendiri.
(8) Fase pemeliharaan, setelah nilai minimal telah dicapai tetap terpelihara dan perlu dapat ditingkatkan.
(9) Untuk menjaga postur tubuh agar tidak over weight harus tetap melaksanakan minimal tiga (3) kali dalam seminggu sehingga tetap ideal dan harmonis.
b. Membentuk Sikap Mental yang Baik.
1) Teori. Secara teori seorang Komandan peleton harus dapat memberikan penjelasan kepada anggotanya tentang sikap dan perilaku prajurit sebagai pedoman untuk menumbuhkan motivasi dan dedikasi dalam melaksanakan tugas. Adapun hal-hal yang perlu diberikan pada anggota meliputi :
a) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa hal ini sangat perlu sekali ditanamkan pada diri anggota agar anggota dalam melaksanakan tugas senantiasa menyadari akan kebesaran Tuhannya dan dapat dijadikan sumber kekuatan dalam setiap saat melaksanakan tugas.
b) Pancasila memberikan pemahaman tentang Idiologi Pancasila yang juga merupakan pengejewantahan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit agar setiap anggota menyadari akan nilai-nilai- luhur Pancasila yang tercermin pada Sapta Marga untuk selanjutnya memedomani dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam latihan maupun dalam tugas operasi.
c) Kesadaran hukum. Komandan peleton memberikan penjelasan tentang hukum dan Perundang-undangan yang brelaku dinegara kita baik yang berlaku dimiliter maupun dimasyarakat sipil serta Hukum Humaniter dan HAM dengan pemahaman bahwa sebagai anggota TNI harus senantiasa mematuhi semua hukum yang berlaku.
d) Jati diri Prajurit. Jati diri prajurit senantiasa dijelaskan oleh Komandan peleton kepada anggotanya hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan mental kejuangan pada diri prajurit.
2) Praktek. Pada saatnya mengaplikasikan materi-materi yang ada pelaksanaan kegiatan sehari-hari maka seorang Komandan peleton bersama-sama anggotanya untuk melakukan hal-hal yang positif dalam rangka menumbuhkan sikap mental prajurit.
3) Methode penyuluhan-penyuluhan tentang sikap mental kejuangan dalam rangka memlihara dan memantapkan sikap mental prajurit agar senantiasa melaksanakan kegiatan/tugas dengan berpedoman norma-norma kehidupan prajurit biasanya dilaksanakan secara terpadu yang telah dijadwalkan Komando Atas, dengan demikian diharapkan pada saatnya ada jadwal Bintal terpadu agar para Komandan peleton mengikut sertakan dan mengadakan pengecekan dari pelaksanaan penyuluhan tersebut guna sampai sejauh mana anggota dapat menyerap materi yang diberikan semua kegiatan seperti yang terurai diatas diharapkan dapat berdampak positif pada sikap mental prajurit dalam pelaksanaan tugas satuan Tempur serta dapat meningkatkan disiplin anggota.
BAB VII
PENUTUP
28. Kesimpulan. Dari uraian tentang upaya Danton untuk meningkatkan pembinaan jasmani peletonnya dalam rangka mendukung tugas pokok dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Satuan Peleton Infanteri merupakan unsur terdepan bagi Batalyon Infanteri dalam mengatasi berbagai konflik didaerah untuk pengamanan dan tugas-tugas di daerah Operasi, sehingga untuk mengatasi dan mengantisipasi tugas yang datang secara mendadak maka harus didukung oleh kemampuan fisik yang baik.
b. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas pokok tempur di daerah Operasi tidak hanya ditentukan oleh canggihnya senjata dan perlengkapan serta penggunaan tehnik dan taktik bertempur saja tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat kemampuan kesemamptaan jasmani dari masing-masing anggota peleton dan pembinaan kemampuan jasmani harus dilaksanakan secara terus menerus dan tidak boleh berhenti karena kesemaptaan jasmani mempunyai sifat tidak tetap artinya apabila dilatih akan mengalami peningkatan tetapi apabila tidak dilatih akan mengalami penurunan.
c. Kesiapan dan kemampuan jasmani yang baik hanya dapat diperoleh dengan latihan dan pembinaan kesemaptaan jasmani secara bertingkat, bertahap dan berlanjut dengan penerapan program latihan yang tepat sesuai kebutuhan tugas dan menghindarkan terjadinya Cedera.
29. Saran. Agar upaya Danton dalam meningkatkan pembinaan jasmani peletonnya berhasil dengan baik maka perlu disarankan beberapa hal sebagai berikut :
a. Peran dan kepedulian para unsur Komandan mulai dari Komandan peleton hingga Komandan Batalyon sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesemaptaan jasmani satuannya.
b. Dalam pelaksanaan latihan harus memperhatikan faktor-faktor keselamatan dan keamanan sehingga harus berpedoman pada prinsip latihan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.
c. Untuk mendukung tercapainya tujuan latihan maka sarana dan prasarana, fasilitas latihan harus dipenuhi dan ditingkatkan.
Demikian tulisan mengenai “ UPAYA DANTON UNTUK MENINGKATKAN PEMBINAAN JASMANI PELETONNYA DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK “ dengan harapan dapat dimanfaatkan dan sebagai sumbang saran bagi Komandan satuan dalam upaya meningkatkan kemampuan jasmani prajurit sehingga selalu dalam keadaan siap apabila sewaktu-waktu mendapat perintah dan tugas kedaerah konflik maupun daerah Operasi.